Konten dari Pengguna

Konsumsi Daging Berlebih, Berisiko Kena Lever?

Trubus ID
Media online kekinian yang menyajikan informasi seputar gaya hidup hijau yang ramah lingkungan dan peristiwa terkait alam, lingkungan, sosial, serta pemberdayaan masyarakat untuk bumi kita yang lebih hijau dan lestari
19 Februari 2019 0:05 WIB
clock
Diperbarui 21 Maret 2019 0:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Trubus ID tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Trubus.id -- Orang-orang yang makan daging banyak, cenderung memilki lemak berlebih di hari mereka. Berisiko tinggi terkena penyakit lever daripada orang-orang yang mengonsumsi sayuran, menurut penelitian di Belanda.
ADVERTISEMENT
Penelitian fokus pada apa yang dikenal sebagai penyakit hati berlemak non alkohol (NAFLD). Biasa dikaitkan dengan obesitas dan kebiasaan makan tertentu. Perubahan diet dianjurkan untuk mengobati penyakit ini, meski belum jelas apakah bisa untuk pencegahan.
Sebelumnya, para peneliti memeriksa data dari kuesioner diet dan scan lemak hati dari 3.882 orang dewasa berusia 70 tahun. Pemindaian menunjukkan bahwa 1.337 peserta atau 34 persen responden memiliki NAFLD. Termasuk 132 orang dengan berat badan sehat dan 1.205 orang yang mengalami obesitas.
Foto: Pixabay/ vika-imperia550.
Orang dengan obesitas yang mengonsumsi protein hewani secara berlebihan, diagnosis 54 persen lebih mungkin memiliki hati berlemak daripada mereka yang makan lebih sedikit daging.
ADVERTISEMENT
"Tidak tergantung faktor risiko umum untuk NAFLD seperti sosiodemografi, gaya hidup dan metabolisme," kata dr. Sarwa Darwish Murad, hepatologis di Pusat Medis Universitas Erasmus MC di Rotterdam, Belanda.
Ia melanjutkan, "Yang paling penting, total asupan kalori. Diet beragam itu penting."
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~End Page~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Peserta studi tanpa hati berlemak mengonsumsi 2.052 kalori sehari, dibandingkan dengan 1.996 kalori per hari untuk orang dengan hati berlemak, lapor para peneliti di Gut.
Selain itu, orang dengan hati berlemak mendapat lebih banyak kalori total dari protein: 16 persen dibandingkan15,4 persen tanpa kondisi hati. Konsumsi sayuran serupa untuk kedua kelompok; daging menyumbang perbedaan dalam konsumsi protein.
ADVERTISEMENT
Kebanyakan orang memiliki sedikit lemak di hati mereka. Penyakit hati berlemak dapat terjadi ketika lebih dari 5 persen berat hati terdiri dari lemak. Minum berlebihan dapat merusak hati dan menyebabkan penumpukan lemak, dikenal sebagai hati berlemak alkoholik.  Bahkan, ketika orang tidak minum banyak, mereka masih dapat mengembangkan penyakit hati berlemak non-alkohol.
Temuan ini menambah bukti yang menunjukkan bahwa kebiasaan makan sehat dapat meminimalkan risiko penyakit hati berlemak. Bahkan, ketika orang memiliki risiko genetik untuk kondisi ini, kata Shira Zelber-Sagi, peneliti dari University of Haifa di Israel.
"Daging mengandung lemak jenuh, terutama daging merah. Dapat menginduksi hati berlemak," kata Shira.
ADVERTISEMENT
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~End Page~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Daging olahan sangat tidak sehat. Dapat berkontribusi terhadap peradangan dan resistensi insulin atau ketidakmampuan untuk merespons secara normal terhadap hormon insulin. Bisa menyebabkan peningkatan kadar gula darah dan diabetes.
Foto: Pixabay/ RitaE.
"Baik peradangan dan resistensi insulin dapat menyebabkan penumpukan lemak di hati," beber Shira.
Hasil studi menambah bukti bahwa kita harus membatasi daging merah dan olahan. Mencoba lebih banyak makan ikan dan melakukan diet mediterania yang fokus pada biji-bijian, ikan, protein tanpa lemak, sayuran dan minyak zaitun.
"Kalau pun mau makan daging merah, tidak lebih dari sekali atau dua kali dalam seminggu. Untuk daging olahan, harus dihindari atau jarang dikonsumsi," jelasnya. [DF]
ADVERTISEMENT