6 Anak di Yogyakarta Meninggal karena Gagal Ginjal Akut

Konten Media Partner
20 Oktober 2022 8:55 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pasien rumah sakit. Foto: Tugu Jogja
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pasien rumah sakit. Foto: Tugu Jogja
ADVERTISEMENT
6 anak di Yogyakarta meninggal karena gagal ginjal akut. Dinas Kesehatan DIY menyebut sudah ada 13 kasus gagal ginjal akut dalam rentang waktu Januari hingga Oktober 2022 ini.
ADVERTISEMENT
Dua anak di antaranya berasal dari Bantul. Keduanya berasal dari Kapanewon Piyungan dan Sedayu. Umur keduanya masing-masing 7 dan 11 bulan.
Dokter Spesialis Anak dan Pakar Nefrologi Anak RSUP Dr Sardjito, dr Kristiya Hermawan menuturkan kedua balita tersebut dibawa ke RSUP Dr Sardjito sudah dalam keadaan derajat level gagal ginjal akut berat. Keduanya sempat dirawat di rumah sakit tersebut dengan menjalani prosedur cuci darah.
"Jadi rata-rata yang dibawa ke sini itu sudah kategori derajat berat," tutur dia, Kamis (20/10/2022).
Sampai saat ini pihaknya memang belum menemukan penyebab keduanya menderita gagal ginjal akut. Jika sebelumnya dugaan muncul karena obat sirup yang diberikan kepada bayi-bayi tersebut, namun kondisi tersebut masih mereka kaji.
ADVERTISEMENT
Pasalnya salah satu bayi asal Bantul yang meninggal tersebut yaitu yang berumur 7 bulan sama sekali belum pernah diberi obat dalam bentuk apa pun. Bocah tersebut hanya mendapat asupan makanan dari Air Susu Ibu (ASI) dan ketika MP-ASI pun, ibu bayi tersebut membuatnya sendiri tanpa susu kemasan.
"Jadi ini masih menjadi tanda tanya bagi kami. Kami telah mengirimkan sampel ke Litbang Jakarta dan Kemenkes juga meminta sampel untuk mengkaji toksin," terang dia.
Gagal ginjal akut pada anak sebenarnya sudah terjadi cukup lama. RSUP Dr Sardjito sendiri sebenarnya sudah berkali-kali menangani kasus tersebut namun kondisinya berbeda dengan yang terjadi saat ini.
Dokter spesialis anak dan pakar Nefrologi anak, dr kristiya Hermawan mengatakan gagal ginjal akut dari dulu sebenarnya sudah ada. Hanya saja derajat perjalanan tidak secepat sekarang ini. Di mana selama ini kadar derajatnya biasanya diidentifikasi dalam derajat ringan.
ADVERTISEMENT
"Akhir-akhir ini disebut tidak khas karena dalam beberapa hari sudah jatuh dalam gagal ginjal sudah akut derajat berat," kata dia.
Saat ini, muara penanganan pasien juga menjadi sulit. Karena pasien yang datang rata-rata tubuhnya mengalami kesulitan mengeluarkan cairan. Padahal gagal ginjal butuh asupan cairan dan juga obat untuk penyembuhan.
Tingkat kematian kasus ini juga cukup tinggi dan di tingkat internasional angka kematian cukup tinggi lebih dari 50 persen. Dan pasien-pasien yang datang ke RSUP Dr Sardjito juga mengalami komplikasi di berbagai organ.
"Pagi tadi ada meninggal satu karena komplikasi di berbagai organ dan sudah menjalani prosedur cuci darah," kata dia.
Sementara pasien yang sudah sembuh sudah tidak dalam kondisi harus cuci darah meski fungsi ginjal tidak bisa pulih 90 persen. Hanya saja masih ada yang kurang sadar karena memang ada gangguan organ.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, pasien gagal ginjal akut tersebut mengalami pembekuan darah. Akibatnya para tenaga medis kesulitan ketika akan memasukkan alat atau memasukkan cairan. Namun sampai saat ini pihaknya belum bisa menentukan penyebabnya.
Untuk proses perawatan pasien hingga sembuh biasanya pasien tersebut tidak mengalami banyak komplikasi. Di samping itu tidak terjadi pembekuan darah yang begitu berat. Dan untuk penanganannya memang masih standar seperti yang dilakukan pada pasien gagal ginjal lainnya.
"Sebagian besar menjalani cuci darah. Hanya satu pasien yang tidak menjalani cuci darah," ungkap dia.
Untuk pemberian obat memang baru mendapat rilis dari Kemenkes pada akhir September terkait jenis yang diberikan. Namun sebelum itu, mereka sudah berkonsultasi dengan dokter spesialis seluruh Indonesia.