Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0


ADVERTISEMENT
Tepat pada hari ini, Selasa 10 November 2020 Indonesia memperingati kembali Hari Pahlawan Nasional. Peringatan tersebut dilakukan untuk mengenang jasa-jasa para pahlawan yang telah gugur dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
ADVERTISEMENT
Tidak terkecuali di Yogyakarta, perjuangan oleh para darah biru sebagai pahlawan pun telah dimulai sejak berdirinya kerajaan Mataram. Bahkan rasa perjuangan kemerdekaan mendarah-daging bagi keturunan keluarga kerajaan Mataram ini.
Maka dari itu, sebagai bangsa yang besar semangat perjuangan dari pahlawan masih harus tetap dijaga dan dihormati, "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya," penggalan isi Pidato Hari Pahlawan oleh Soekarno, pada 10 November 1961.
Sebagai tonggak kebudayaan Yogyakarta hingga saat ini, Sri Sultan Hamengku Buwono I berjasa dalam melawan penjajahan Belanda di Indonesia. Kesuksesannya dalam melawan penjajahan dituangkan pada Perjanjian Linggar Jati yang disepakati pada tanggal 13 Februari 1755, sebagai dasar atas lahirnya Keraton Yogyakarta serta anugerah gelar sebagai Sri Sultan Hamengku Buwono I.
ADVERTISEMENT
Sosok yang dikenal sebagai Pangeran Mangkubumi dengan nama lahir Bendara Raden Mas (BRM) Sujono ini, juga berjasa atas berdirinya Keraton Yogyakarta. Kepandaiannya dalam membangun tata kelola Keraton Yogyakarta yang sarat akan filosofi, membuat dirinya disebut sebagai "a great builder" oleh para sejarawan, sejajar dengan Sultan Agung.
Sri Sultan Hamengku Buwono IX sangat berjasa atas berdirinya Republik Indonesia pada awal kemerdekan. Saat penjajah datang kembali ke tanah air, ia bersedia menjadikan Yogyakarta sebagai ibu kota negara sementara. Ia juga mendukung pemerintahan negara secara finansial.
Pengabdiannya terhadap negara memang sudah ditekadkan melalui pesan telegram yang dikirimkan dua hari setelah proklamasi yang bebunyi, "sanggup berdiri di belakang pimpinan Paduka Yang Mulia," dikutip dari laman resmi Kraton Jogja.
ADVERTISEMENT
Sri Sultan Hamengkubawana IX juga banyak mengambil posisi dalam pemerintahan, yaitu menjabat sebagai Menteri Negara di era Kabinet Syahrir hingga Kabinet Hatta I ( 2 Oktober 1946 - 4 Agustus 1949), Menteri Pertahanan di era Kabinet Hatta II hingga RIS (4 Agustus 1949 - 6 September 1950), Wakil Perdana Menteri di era Kabinet Natsir tahun 1950, hingga pada tahun 1973 menjadi Wakil Presiden Republik Indonesia yang kedua.
Ia juga dinobatkan sebagai Bapak Pramuka Indonesia dan menjadi salah satu Raja yang berani menolak kesepakatan bersama Belanda untuk menghindari konflik kepentingan.
3. Pangeran Diponegoro (1785 - 1855)
Pangeran Diponegoro adalah putra Sultan Hamengkubawan III dari selir Raden Ayu Mangkarawati. Jiwa kepemimpinan dari Pangeran Diponegoro memang sudah terlihat sejak muda.
ADVERTISEMENT
Pangeran Diponegoro berjasa atas perjuangannya dalam melawan Hindia Belanda selama lima tahun, dari 1825 - 1830. Tragedi yang disebut Perang Diponegoro atau Perang Jawa tersebut setidaknya menewaskan 200.000 jiwa.
Perang besar itu dilatar belakangi karena pemerintah Hindia Belanda yang memasang patok-patok yang melewati makam leluhur Pangeran Diponegoro. Menyebabkan amarah yang menggebu-gebu, ditambah dengan empatinya akan keadaan rakyat Jawa yang kala itu dirampas hak-hak hidupnya akibat penjajahan.
4. Ki Hajar Dewantara (1889 - 1959)
Ki Hajar Dewantara berjasa dalam memperjuangkan pendidikan Indonesia, sehingga mendapat gelar Bapak Pendidikan Indonesia. Lahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat dari lingkungan keluarga Keraton Yogyakarta, ia melahirkan semboyan tut wuri handayani yang dipakai sebagai slogan Kementrian Pendidikan hingga kini.
ADVERTISEMENT
Peninggalannya yang masih ada sampai saat ini adalah Perguruan Nasional Tamansiswa, yang ia dirikan pada tanggal 3 Juli 1922, sebagai konsep pendidikan bagi rakyat Indonesia di masa penjajahan Belanda.
5. Raden Mas Soerjapranata (1871 - 1959)
RM Soerjapranata adalah kakak kandung dari Ki Hajar Dewantara. Jasanya dalam memperjuangkan kemerdekaan terlihat saat kembali ke Yogyakarta dan bergabung dalam perkumpulan Boedi Oetomo, kemudian mendirikan Barisan Kerja Rakyat Kecil hingga kepelosok Yogyakarta.
Ia juga menjadi anggota Partai Sertikat Islam pada tahun 1911 dan karena kegigihannya, ia menjadi anggota Pucuk Pimpinan.
6. Sultan Agung Anyokrokusumo (1593-1645)
Lahir dengan nama Raden Mas Jatmika atau Raden Mas Rangrang, Ayahnya merupakan Raja kedua Mataram. Pada tahun 1613 - 1645 ia menjadi Sultan Mataram ketiga dan berhasil membawa Mataram menjadi kerajaan terbesar di tanah Jawa.
ADVERTISEMENT
Ia merupakan seorang sultan selakigus senapati ing ngalaga (panglima perang).
Perjuangan para keturunan Kerajaan Mataram ini sangat berpengaruh bagi lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia, sehingga nama diabadikan sebagai pahlawan nasional yang telah mengukir sejarah dalam terbentuknya NKRI. Makam-makam dari para Keturunan Mataram ini pun tersebar di tempat yg berbeda-beda.
Bagi keturunan Raja, dimakamkam di Makam Imogiri atau Makam Raja-Raja yang terletak di Bantul Yogyakarta. (Reni Ayuningtyas Widiastuti)