7 Motif Batik Larangan Keraton Yogyakarta yang Tidak Boleh Dipakai Sembarangan

Konten Media Partner
2 Oktober 2022 17:59 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi seseorang sedang membatik. Foto: istimewa.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi seseorang sedang membatik. Foto: istimewa.
ADVERTISEMENT
Indonesia sangat kental akan seni dan budaya secara turun temurun mulai dari tarian daerah, bahasa daerah, perayaan tradisional hingga berbagai jenis batik yang telah diakui oleh dunia. 2 Oktober menjadi Hari Batik Nasional yang diperingati oleh seluruh masyarakat Indonesia.
ADVERTISEMENT
Batik selalu menjadi kain kebanggaan Indonesia yang biasa dikenakan di hari biasa atau event tertentu. Bahkan batik bisa dipakai oleh siapapun tanpa membedakan status sosial dari si pemakai.
Dikutip dari laman resmi Keraton Yogyakarta, ada beberapa motif batik yang dilarang dikenakan oleh orang biasa bila hendak berkunjung ke Keraton Yogyakarta.
Beberapa motif batik ini dianggap 'keramat' karena hanya boleh dipakai oleh keluarga kerajaan saja. Selain itu, motif-motif batik ini juga dikatakan punya kekuatan spiritual tersendiri dan mampu memancarkan aura magis sesuai dengan makna yang dikandungnya.

Berikut ini adalah motif batik Larangan Keraton Yogyakarta:

Batik Motif Parang

Batik motif parang ini diciptakan oleh Panembahan Senapati. Panembahan Senopati membuat motif ini karena terinspirasi saat mengamati gerak ombak Laut Selatan yang menerpa karang di tepi pantai.
ADVERTISEMENT
Motif ini mulai dilarang saat pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono I pada 1785.

Batik Motif Semen

Dalam bahasa Jawa 'semen' berarti ‘semi’ atau ‘tumbuh’. Motif ini bermakna kesuburan, kemakmuran, serta alam semesta. Dalam motif semen, terdapat gunung, sayap, garuda, naga, atau candi yang juga menjadi gambar pelengkap.
Motif batik ini juga dilarang dipakai oleh orang biasa. Ada pun makna bagi orang yang mengenakan batik ini diharapkan bisa menjadi sosok yang mampu melindungi siapapun.

Batik Motif Cemukiran

Melansir dari kratonjogja.id, motif cemukiran berbentuk lidah api atau sinar. Api merupakan sebuah unsur kehidupan yang melambangkan keberanian, kesaktian, dan ambisi.
Pola seperti sinar diibaratkan pancaran matahari yang melambangkan kehebatan dan keagungan. Sementara dalam konsep Jawa adalah Mawateja, merupakan kriteria yang wajib dimiliki seorang raja.
ADVERTISEMENT
Oleh sebab itu, yang boleh memakai batik ini hanyalah raja dan putra mahkota yang nantinya akan menjadi penerus tahta.

Batik Motif Huk

Mengutip dari kratonjogja.id, motif Huk terdiri dari motif kerang, binatang, tumbuhan, cakra, burung, Sawat (sayap), dan garuda.
Motif ini biasa dipakai sebagai simbol pemimpin yang berbudi luhur, berwibawa, cerdas, mampu memberi kemakmuran, serta selalu tabah dalam menjalankan pemerintahannya.
Sama seperti motif Cemukiran, batik dengan motif Huk ini hanya boleh dikenakan oleh raja dan putra mahkota.

Batik Motif Kawung

Batik dengan motif Kawung ini berisikan sebuah pola geometris dengan empat bentuk elips yang mengelilingi satu pusat.
Bagan seperti ini dikenal dalam adat dan budaya Jawa sebagai keblat papat lima pancer. Ini dimaknai sebagai empat sumber tenaga alam atau empat penjuru mata angin.
ADVERTISEMENT
Orang yang memakai motif ini diharapkan selalu bisa memberikan manfaat pada lingkungannya. Oleh karena itu, motif batik ini hanya boleh dipakai bagi mereka yang masih punya hubungan darah dengan kerajaan (kerabat kerajaan).

Batik Motif Rujak Senthe

Kalau dilihat dari filosofinya, motif ini mempunyai arti bahwa hidup manusia itu memiliki banyak halangan, tantangan maupun keberuntungan yang bercampur menjadi satu.
Konon, kalau memakai batik ini, hati manusia bisa menjadi lebih tenang karena goresan pola pada motif batik ini mengajarkan pada pemakainya untuk selalu berlapang dada menghadapi segala cobaan.
Batik satu ini juga termasuk motif batik yang hanya boleh dipakai oleh keluarga raja saja.

Batik motif Udan Liris

Batik ini merupakan salah satu lambang kesuburan bagi tumbuhan dan ternak.
Makna dari motif ini tentang pengharapan agar pemakainya selamat sejahtera, tabah, dan berprakarsa dalam menunaikan kewajiban.
ADVERTISEMENT
Motif ini hanya dipakai untuk para kerabat kerajaan, seperti cucu raja, selir dan para putra-putrinya, buyut hingga cicit.
Aturan Batik Larangan Keraton Yogyakarta ini masih berlaku hingga saat ini. Namun, hanya diberlakukan jika hendak memasuki atau berkunjung di lingkungan Keraton Yogyakarta saja. (Maria Wulan)