Agar Tak Ditinggalkan, Museum Harus Sesuaikan Selera Milenial

Konten Media Partner
19 Januari 2020 9:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Salah satu atraksi di Museum History of Java untuk menarik kalangan milenial. Foto: atx.
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu atraksi di Museum History of Java untuk menarik kalangan milenial. Foto: atx.
ADVERTISEMENT
Bukan masanya lagi museum yang notabene menjadi sumber tempat belajar dan menggali cakrawala masih bersolek apa adanya dengan pelayanan yang minimal.
ADVERTISEMENT
Era milenial yang sarat pendekatan teknologi juga cara melayani menjadi kunci hidup mati museum ke depan. Apakah akan diminati atau ditinggalkan. Yogyakarta sendiri rumah puluhan museum. Tak kurang 30 museum tersebar.
Salah satu yang bisa menjadi rujukan museum dengan gaya kekinian yang digemari milenial salah satunya Museum History of Java atau HOJ yang ada di Jalan Parangtritis Km 5.5 ( Pyramid Cafe) Tarudan Bangunharjo Sewon Bantul Yogyakarta.
Museum HOJ ini, sejak beroperasi akhir 2018 lalu, punya langkah beda sebagai destinasi wisata yang sajian utamanya berupa koleksi-koleksi terkait sejarah di Jawa.
Demi menarik pengunjung, museum yang menyimpan ratusan koleksi purbakala masa pra sejarah sampai kerajaan kerajaan kuno nusantara itu pun juga menyajikan atraksi tematik mengikuti momentum perayaan di Indonesia dan dunia.
ADVERTISEMENT
CEO Marcom D'Topeng Kingdom Group selaku pengelola museum ini, Elly T.Halsamer, mengatakan, salah satu atraksi tematik yang digelar saat menyambut Tahun Baru Cina atau Imlek pada 25 Januari 2020.
Ia mengatakan museum akan dipenuhi lampion dan pemandu akan berbusana warna merah.
Saat perayaan Imlek, selama dua hari pengunjung bisa mendapat hadiah berupa voucher yang diambil di pohon angpao yang terpajang di museum. "Hadiahnya berbagai macam, seperti tiket gratis sampai merchandise," kata dia, Sabtu (18/1).
Sajian atraksi ini diyakini bisa menarik pengunjung seperti ketika museum turut merayakan Halloween, pada Oktober 2019.
Saat itu, ketika menyimak penjelasan dari pemandu mengenai koleksi museum, pengunjung dikejutkan oleh munculnya suara jeritan dan tangisan dari lorong museum.
ADVERTISEMENT
Setelah itu, sesosok 'hantu' muncul dari lorong hingga membuat pengunjung berteriak histeris. Hantu itu tentu saja petugas museum yang mengenakan kostum. 'Hantu' itu lantas membagikan permen dan bersedia saat diajak berswafoto bersama.
Suasana berbeda juga dialami pengunjung saat perayaan Natal Desember 2019. Saat itu petugas berkostum Sinterklas dan wayang yang bagi-bagi permen dan cokelat juga mampu menghibur pengunjung.
Elly mengatakan museum menyiapkan konsep tersebut agar museum tidak membosankan bagi generasi milenial. "Sudah saatnya museum tampil lebih gaul dan memahami psikologi pengunjungnya," katanya.
Menurutnya, museum bukan hanya menyajikan koleksi, melainkan juga perlu didukung kecanggihan teknologi. "Dengan layanan digital, museum akan membuat semakin betah pengunjung," ucapnya.
Direktur Humas Musuem History of Java Yogya Ki Bambang Widodo menambahkan pengunjung akan mendapat pengalaman berbeda melalui program tematik ini. "Pengunjung tidak mudah bosan karena mendapat pengalaman yang seru. Karena diajak aktif di seluruh indera, seperti mata, telinga, dan lainnya," paparnya.
ADVERTISEMENT
Museum yang beroperasi sejak 2018 ini memiliki ratusan koleksi benda purbakala masa prasejarah hingga kerajaan-kerajaan kuno, dari Majapahit, Demak Bintara, Cirebon, Tarumanegara, sampai Mataram Islam. Dengan sentuhan digital, museum ini dilengkapi teknologi augmented reality, video mapping, dan fasilitas theater. (atx)