Konten Media Partner

Alissa Wahid Ikut Soroti Kasus Penusukan Santri di Jogja

29 Oktober 2024 20:29 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Putri sulung Presiden Abdurrahman Wahid sekaligus Koordinator Nasional Jaringan Gusduruan, Allisa Wahid ikut soroti kasus penusukan santri di Yogyakarta. (Foto : M Wulan)
zoom-in-whitePerbesar
Putri sulung Presiden Abdurrahman Wahid sekaligus Koordinator Nasional Jaringan Gusduruan, Allisa Wahid ikut soroti kasus penusukan santri di Yogyakarta. (Foto : M Wulan)
ADVERTISEMENT
Kabar terkait kasus penusukan yang dialami oleh dua santri dari Pondok Pesantren Al Fatimiyah Krapyak, Yogyakarta menuai perhatian publik, tak terkecuali putri almarhum Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid, Alissa Qathrunnada Munawwarah Wahid.
ADVERTISEMENT
Sebagai informasi, Kepolisian Resort Kota Yogyakarta sebelumnya menyatakan dari penyelidikan kasus itu, diperkirakan ada sekitar 25 orang diduga terlibat kasus penganiayaan yang berujung penusukan itu.
Dua santri itu diketahui sedang membeli dan makan sate di Prawirotaman, namun tiba-tiba didatangi dan dikeroyok gerombolan pemuda yang merupakan warga Indonesia Timur.
Belum diketahui secara pasti apa motif penusukan dan pengeroyokan santri di Prawirotaman itu.
Terkait hal ini, Alissa Wahid, sapaan akrabnya yang merupakan Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian mengaku prihatin atas kejadian itu. Dia meminta aparat penegak hukum (APH) DIY dapat mengusut tuntas kasus kejahatan jalanan yang rupanya dipicu karena mengkonsumsi minuman keras (miras) tersebut.
"Kita ingin ini (korban penusukan yang merupakan santri) mendapatkan afirmasi, perhatian dari aparat penegak hukum sehingga prosesnya bisa secepatnya (diselesaikan)," kata Alissa Wahid saat dijumpai di Yogyakarta, Selasa (29/10/2024).
ADVERTISEMENT
Alissa juga menaruh harapan pada Pemda DIY agar serius dalam menangani peredaran miras yang menjadi pemicu kasus tersebut. Dia menilai gerakan demonstrasi yang dilakukan oleh ribuan santri di Polda DIY, tadi pagi adalah bentuk solidaritas, apalagi yang menjadi korbannya adalah para santri.
"Feeling sebagai santrinya itu kan terpanggil, ada sesama santri yang menjadi korban kemudian rasa solidaritasnya itu keluar dan ini sebetulnya juga hal baik karena santri-santri ini kan publik mengenalnya hanya urusan mengaji saja, nah sekarang mereka menunjukkan juga bagaimana menyikapi persoalan-persoalan ini," tegasnya.
Alih-alih sepakat adanya pemberantasan peredaran miras ilegal di Yogyakarta, putri sulung dari Presiden Abdurrahman Wahid menilai apabila persoalan miras dibiarkan begitu saja maka akan memberikan dampak yang lebih buruk utamanya pada perkembangan generasi muda.
ADVERTISEMENT
Sehingga dalam hal ini, Pemerintah DIY didorong untuk memberikan langkah nyata atas apa yang disampaikan oleh gelombang protes dari para santri dan juga berbagai elemen lainnya itu.
Penegakan hukum, kata dia, jangan hanya untuk urusan politik saja, tetapi juga kepentingan masyarakat termasuk persoalan miras ini.
"Sebetulnya banyak sekali tantangan kehidupan kita, ini kan semacam tantangan masyarakat itu ya ada narkoba miras judi online, pinjol, kita sih ingin sebetulnya penegakkan hukum yang jelas, kalau hukumnya itu miras hanya bisa dibeli oleh orang yang usianya sekian ya itu, jangan sampai kemudian anak-anak kecil itu bisa mengaksesnya. Kemudian juga narkoba dan yang penting itu hukum, agar hukum itu tidak hanya bertindak untuk urusan politik aja, untuk urusan yang besar-besar aja tapi juga memikirkan urusan kebutuhan generasi muda, itu yang paling penting," tandasnya.
ADVERTISEMENT
(M Wulan)