Konten Media Partner

Bandara NYIA Akan Dilengkapi Bangunan Crisis Center dari Jepang

20 September 2018 14:53 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bandara NYIA Akan Dilengkapi Bangunan Crisis Center dari Jepang
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Bandara baru di Kulon Progo, New Yogyakarta International Airport (NYIA) berdiri di atas tanah seluas 582 hektare persegi. Lokasi bandara baru tersebut berada di tepi pantai di Kecamatan Temon Kulon Progo. Karena Yogyakarta termasuk kawasan bandara baru tersebut adalah wilayah rawan gempa bumi dan tsunami, maka infrastruktur bandara baru tersebut sudah mengakomodir mitigasi kedua bencana tersebut.
ADVERTISEMENT
Project Manager Bandara NYIA, Taochid Purnomo Hadi mengatakan, guna mengantisipasi bencana gempa bumi dan tsunami, pihaknya telah mendatangkan ahli dari luar negeri termasuk salah satunya dari Jepang. Seluruh struktur bangunan nanti akan didesain dengan kekuatan mampu menahan gempa paling tidak minimal 8,8 SR. Bahkan ada bangunan yang didesain khusus untuk dikorbankan ketika terjadi bencana gempa bumi dan tsunami.
Nantinya, terminal lantai 2 akan digunakan sebagai tempat evakuasi penumpang dan komunitas yang bandara ketika terjadi tsunami. Terminal ini memiliki ketinggian 6 meter, di mana ketinggian ini sesuai dengan rekomendasi dari para ahli. Di mana berdasarkan perkiraan para ahli, tsunami yang bisa terjadi di Kulon Progo maksimal dengan ketinggian mencapai 4 meter.
ADVERTISEMENT
"Di Terminal ini ada bangunan khusus yang disiapkan sebagai sacrifice coloumn atau kolom yang dikorbankan ketika terjadi tsunami untuk melindungi bangunan lain," ujarnya, Kamis (20/9).
Bandara ini tidak hanya mengakomodir keselamatan penumpang dan komunitas bandara ketika terjadi tsunami. Sebab, bandara baru di Kulon Progo ini akan dilengkapi bangunan Crisis Center. Bangunan Crisis Center ini didesain khusus di mana ketika terjadi gempa dan tsunami pintu-pintu bangunan tersebut akan secara otomatis membuka.
Ketika pintu bangunan otomatis terbuka maka masyarakat sekitar bandara bisa langsung masuk ke dalam bandara untuk menyelamatkan diri. Luas bangunan Crisis Center ini adalah 4.000 meter persegi dan diperkirakan mampu menampung sekitar 1.000 orang. Sehingga ia yakin, bandara baru tersebut aman dari bencana gempa bumi dan tsunami.
ADVERTISEMENT
"Semua sudah kita perhitungkan dan kita antisipasi berdasarkan kajian para ahli,"tambahnya.
Sebenarnya, lanjutnya, untuk mengurangi resiko tsunami, para ahli sudah merekomendasikan agar kawasan di selatan bandara harus diberi barrier atau pelindung. Namun pelindung yang dibuat berdasarkan rekomendasi para ahli hanyalah pelindung alami. Oleh karena itu, seyogyanya jika kawasan di selatan bandara baru tidak boleh ada bangunan berdiri.
General Manager PT Pembangunan Perumahan selaku pelaksana Proyek, Andex Prabowo menambahkan, pelindung yang direkomendasikan para ahli adalah cukup dengan menanam pohon cemara udang di selatan bandara dan tidak perlu membangun barrier buatan. Selain ekonomis dari sisi biaya, barrier dengan pohon Cemara Udang ini juga sangat ramah lingkungan.
"Sebaiknya memang di selatan bandara tidak ada lagi bangunan,"ujarnya. (erl/adn)
ADVERTISEMENT