Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten Media Partner
Banyak Tanah di Jogja Rusak Karena Oknum, Sultan HB X Beri Peringatan Keras
21 Januari 2025 9:34 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Menurut Sultan, tindakan tersebut tidak sesuai denhan sumbu filosofi Yogyakarta yakni hamemayu hayunung bono, artinya membuat dunia menjadi indah atau ayu.
"Setelah 9 tahun menunggu, filosofi itu kan baru ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia pada 2023 lalu, setelah 9 tahun menunggu.
"Jadi, jangan beranggapan bahwa membangun di Jogja itu tanah padat seperti daratan biasa, tapi penuh dengan lava yang memang proses Merapi itu seperti itu,” kata Sultan dalam sambutannya acara penanaman pohon di Nawang Jagad, Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, DIY, pada Senin (20/1/2025).
Pasalnya, di DIY sebagian tanahnya tercampur dengan lava Gunung Merapi. Sultan pun tak segan menindaklanjuti oknum yang berusaha mengeruk sumber daya alam di Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
“Jadi kalau bangun itu harus hati-hati karena belum tentu yang kita keduk (gali) itu tanahnya, tapi nyatanya kalau kita beri tahu itu sering ada ngeyel gitu karena mungkin merasa lebih tahu, wong saya buka insinyur ya,” ujar Sultan.
“Di Jogja biarpun 50 sampai 100 meter ke bawah tetap lava, karena memang tanahnya itu seperti itu,” sambung Sultan.
Menurut Sultan, tanah yang memiliki kurangnya karakteristik tersebut yakni pembangunan kabel bawah tanah di kawasan Tugu Jogja dan Underpass Kentungan, Sleman.
“Contohnya pada waktu menanam kabel di bawah, tidak di atas ya. Pada waktu digali itu ya gerowong di dalam. Ada yang gerowong tapi ditutup dulu, belum ada baja yang untuk galian terus di atas jadi jembatan karena ada baja lembaran yang dipasang untuk lewat kendaraan,” jelas Sultan.
ADVERTISEMENT
Pembangunan itu, Sultan menilai, dapat menimbulkan berbagai masalah, salah satunya membuat aliran air jadi sempit dan kasus perusahaan lingkungan yang mencemari sumur warga dengan minyak diesel.
Meski demikian, pihaknya tidak melarang jika masyarakat ingin membangun sesuatu dengan tanah bercampur lava. Namun, Sultan kembali menegaskan harus berkoordinasi agar tidak terjadi masalah dikemudian hari. Sehingga infrastruktur di Yogyakarta dapat dibangun secara lebih berkelanjutan.
“Hanya untuk menjaga lingkungan saja, bukan mempersulit. Supaya, kawasan Malioboro dan sekitarnya itu bisa koordinasi agar tidak menemui hal-hal yang tidak bisa kita ketahui,” tegas Sultan.
(Olive)