Konten Media Partner

Besek: Tempat Penyimpanan Tradisional yang Ramah Lingkungan

3 Desember 2019 8:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi besek. Foto: Kumparan.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi besek. Foto: Kumparan.
ADVERTISEMENT
Besek adalah tempat penyimpanan tradisional yang terbuat dari bambu. Namanya cukup mudah diingat, yakni besek. Begitulah masyarakat Jawa menyebutnya. Salah satu fungsi alat ini adalah untuk menyimpan bumbu-bumbu dapur seperti bawang merah, bawang putih, cabai, lengkuas, kunyit, dan sebagainya. Barang ini hadir di dapur tradisional.
ADVERTISEMENT
Dalam kamus Jawa Baoesastra Djawa karangan WJS Poerwadarminta pada halaman 37 disebutkan “besek yaiku araning wadhah saemper tumbu nanging cilik sarta nganggo tutup”. Dalam bahasa Indonesia, artinya besek adalah wadah sejenis tumbu/wakul wujudnya kecil serta ada tutupnya. Bentuk besek lebih mirip kubus yang memang ada tutupnya. Hanya saja, tingginya rata-rata sekitar 4-8 cm saja, sementara sisi lainnya sekitar 25-40 cm, tergantung besar kecilnya besek.
Besek terbuat dari anyaman bambu. Umumnya yang dipakai adalah bagian dalam atau sering disebut bagian hati. Yang masih alami, sisi luar dan dalam, warnanya putih kekuningan. Namun sekarang lebih bervariasi, sudah diberi warna yang berbeda-beda. Hingga kini besek tradisional alami masih banyak dijumpai di pasar-pasar atau warung-warung tradisional. Harganya pun terjangkau, sepasang antara Rp 1.000—Rp 2.000 tergantung ukurannya.
ADVERTISEMENT
Hingga saat ini, besek masih sering dipakai oleh masyarakat Jawa, yang salah satunya difungsikan sebagai tempat bumbu dapur. Namun sering pula besek dalam partai besar digunakan untuk keperluan kenduri yang berfungsi sebagai wadah untuk nasi dan lauk, atau bingkisan sembako, misalnya beras, gula, teh, minyak goreng, telur, mie, nasi gurih, ketan, kolak, apem, dan jajanan pasar.
Fungsi lain besek kadang-kadang dipakai untuk menyimpan makanan. Pada perkembangannya, besek juga dipakai untuk bungkus oleh-oleh khas daerah, seperti geplak, getuk goreng, tiwul, dan lain-lain. Bahkan di Yogyakarta, besek juga dipakai untuk bungkus gudeg.
Besek yang ada di dapur bisa awet apabila sering digunakan. Umurnya bisa dua tahun lebih. Namun apabila tidak sering digunakan, biasanya akan dimakan serangga sehingga gampang rusak. Jika rusak, biasanya besek dibuang atau dibakar. Tidak ada pantangan terkaitan dengan penggunaan besek sebagai alat dapur.
ADVERTISEMENT
Saat ini besek mulai digunakan sebagai alternatif pengganti tas kresek. Evelyne Henny Lukitasari dalam makalahnya yang berjudul Komunikasi Visual pada Kemasan Besek Makanan Oleh-oleh Khas Banyumas meneliti bahwa Kabupaten Banyumas mulai menggunakankemasan besek sejak tahun 1918-an. Kemasan besekdigunakan sebagai kemasan makanan khas Banyumas, yaitu: mendoan, tempe kripik, getukgoreng, nopia dan mino. Penggunaan besek sebagaikemasan makanan oleh-oleh khas Banyumasberasal dari keinginan konsumen.
"Gaya hidup konsumen memilih kemasan besek sebagai kemasan yang dianggap lebih alami dan sehat karena tidak banyak zat kimia yang terkandung. Oleh karena itu memicu perilaku konsumen makanan oleh-oleh khas Banyumas lebih memilih penggunaan kemasan besek sebagai kemasan. Besek sebagai kemasan menimbulkan minat konsumen karena mampu menerangkan dengan ikon-ikon mengenai manfaat kesehatan, prestise, dan kemewahan. Hal tersebutdapat menunjang pemenuhan kebutuhan psikologis dan memudahkan pembelian produk tersebut," tulis Evelyne dalam makalahnya.
ADVERTISEMENT
Sementara artikel KumparanNews berjudul Daging Kurban Dikemas pakai Besek dan Dihias Jamur yang dimuat pada tanggal 11 Agustus 2019 menulis bahwa Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) membagikan daging kurban yang dikemas dengan besek kepada warga yang ada di Bali pada saat perayaan Idul Adha.
"Kemasan dengan besek ini untuk pertama kali diterapkan. Ini untuk mendukung program pemerintah Bali mengurangi kantong plastik yang diatur dalam Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 97 Tahun 2018 tentang anti kantong plastik. Kemudian di-packing dan dibuat janur yang identik dengan khas Bali agar lebih menarik," kata Wakil Ketua LDII Bali Hardilan yang ditulis oleh Wisnu Prasetiyo, penulis artikel Daging Kurban Dikemas pakai Besek dan Dihias Jamur.
Di tengah pengurangan tas kresek di Indonesia yang semakin gencer, besek merupakan alternatif pengganti tas kresek untuk membungkus barang maupun makanan. Mungkin saja pemerintah tertarik menggalakan penggunaan besek. Asalkan pemerintah harus melakukan sosialisasi tentang besek sebagai alternatif pembungkus pengganti tas kresek agar masyarakat mulai mengerti dan tertarik menggunakan besek. (Ayu)
ADVERTISEMENT