Bingkisan untuk Warga Terdampak COVID-19 di Lereng Merapi

Konten Media Partner
24 Mei 2020 7:07 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana kawasan wisata lereng Merapi yang sepi. foto: jay
zoom-in-whitePerbesar
Suasana kawasan wisata lereng Merapi yang sepi. foto: jay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kawasan wisata Merapi lumpuh total sejak pandemi corona menyebar ke seluruh penjuru negeri. Setidaknya selama 2 bulan terakhir, sektor pariwisata di Merapi ditutup operasinya lantaran demi kebaikan bersama untuk memperlambat laju penularan COVID-19. Jelas, akibatnya warga nihil pemasukan.
ADVERTISEMENT
Banyak warga mengaku kesulitan sejak pandemi ini memukul roda perekonomian mereka. Wargiyanto, Ganis, dan Alwirata merupakan tiga dari banyak warga di lereng Merapi yang hidupnya bergantung sepenuhnya pada sektor pariwisata. Kini ketiganya berada diantara ketidakpastian pandemi ini.
Sing jelas (yang jelas) itu biasanya jualan, tidak jualan, justru ndak ada pendapatan ya memang susah,” aku Wargiyanto warga lereng Merapi, Sabtu (23/5/2020).
Senada dengan Wargiyanto, Ganis Ristanto juga mengatakan demikian. Sejak pandemi itu melanda, bisa dibilang kawasan wisata di tempat itu dipastikan 100 persen mati.
“Dampaknya sangat besar. Hampir 100 persen (pariwisata mati) ini karena sama sekali nggak ada pemasukan,” ujarnya.
Lantas bagaimana warga bisa bertahan hidup di tengah kondisi tak menentu ini? Ganis hanya mengungkapkan jika dirinya hanya mengandalkan tabungan. Beruntung, bagi warga yang masih memiliki tabungan tentunya hidup masih sedikit lebih terjamin. Namun bagi yang tidak punya? Tentunya tidak ada pilihan lain selain nrimo.
ADVERTISEMENT
“Alhamdulillah masih ada sisa tabungan, itu bagi yang masih ada sisa. Tapi yang nggak ada sama sekali masyaallah,” ungkapnya prihatin dengan keadaan saat ini.
Beruntung, di balik pandemi ini bantuan bergulir bagi warga-warga terdampak. Mulai dari tetangga kanan-kiri, pemerintah daerah dan juga salah satunya bingkisan dari kumparanDerma dan Dcode. Sebanyak 140 paket sembako diberikan pada warga terdampak pandemi COVID-19 di lereng Merapi. Mungkin dari banyaknya bantuan itu tak seberapa. Namun di tengah pandemi ini gotong-royong dan ukuran tangan sedikit saja menjadi hal yang luar biasa besar dan disyukuri oleh warga khususnya yang terdampak.
"Sekecil apapun bantuan sampai kewalahan, rasa bingung rasa nggak tega itu ada karena semua membutuhkan," kata Ganis.
Penyerahan bantuan paket kumparanDerma dan Dcode kepada warga lereng Merapi. foto: Dok Tugu Jogja
Ketidakpastian Akhir Pandemi
ADVERTISEMENT
Tidak ada pilihan memang, berdiam diri tak ada pemasukan, namun beraktivitas, bahaya yang tak terlihat menanti mereka. Belakangan pemerintah akhirnya membuat keputusan untuk hidup berdampingan dengan virus corona. Seperti menjalani kebiasaan pada umumnya, beraktivitas seperti biasanya namun dibarengi dengan langkah pencegahan pandemi COVID-19.
Rasa was-was menyerang mereka. Pilihannya antara diam yang entah sampai kapan menunggu tanpa pemasukan atau bergerak namun dengan resiko penularan. Namun warga hanyalah warga. Mereka mengikuti kebijakan seperti yang dibuat oleh pemerintah setempat. Sebagian ada yang bersiap, namun sebagian masih ragu dan bingung tentang langkah ke depannya.
Ganis, warga menyuarakan pendapatnya, sendiri sebetulnya ragu. Akan tetapi apa boleh buat jika keputusan pemerintah akhirnya seperti itu. Dia juga tidak bisa menebak kapan virus itu akan berakhir dan kapan semuanya akan kembali normal seperti sedia kala. Saat ini saja mempertahankan kesehatan di tengah warga membandel yang tak mempedulikan orang lain saja sudah susah. Apa lagi jika ditambah permasalahan lainnya.
ADVERTISEMENT
“Setuju nggak setuju, ya secara pribadi masih ragu. Kepastian virus itu sudah berakhir atau belum itu kan masih kondisinya seperti ini kan. Banyak yang susah diantur. Di sisi lain tempat kita sudah streril tapi di tempat lain masih seperti itu. Di sini juga kami mengharapkan segera pulih karena ekonomi benar-benar sangat memprihatinkan. Dan itu juga karena kami masih ragu iya dan enggaknya karena pengunjung kami dari luar. Itu membuat kekhawatiran kami,” ujar Ganis pasrah.
“Itu harapan kami memang harus ada SOP yang diterapkan di Tlogo Putri ini karena satu-satunya harapan kami bisa memutus rantai COVID-19. Tapi apa boleh buat di luar sana banyak masyarakat yang tidak memikirkan hal itu. Di sisi lain kita bener-bener berjuang supaya terputus rantai, tapi harapannya juga pingin segera berusaha,” sambungnya.
ADVERTISEMENT
Lain cerita dengan Wargiyanto. Ia justru menjadi warga yang belum tahu soal keputusan new normal yang dibuat pemerintah. Buatnya sebagai warga kecil, mengikuti imbauan pemerintah adalah satu-satunya yang ia anggap paling baik, setidaknya untuk saat ini.
“Belum dengar (kabar new nomal). Saya nggak bisa memutuskan. Saya kan cuma pedagang aja. Ya ikut jalan keputusan,” kata Wargiyanto pasrah.
Penyaluran bantuan paket kumparanDerma dan Dcode kepada warga lereng Merapi. foto: Dok Tugu Jogja
Bisa dibilang Wargiyanto bukan satu-satunya warga yang bingung dan tak paham. Alwirata, warga lereng Merapi lainnya yang juga pelaku wisata mengatakan jika sampai saat ini memang belum ada keterangan pasti dari pemerintah khususnya dinas setempat yakni dinas pariwisata mengenai nasib mereka.
Sebagai pihak yang berkewenangan menutup bahkan membuka akses wisata, saat ini belum ada koordinasi atau penyampaian lebih lanjut. Dia sebelumnya sudah pernah menanyakan perihal tersebut kepada lurah maupun dukuh setempat namun mereka mengatakan bahwa memang belum ada hal lebih lanjut yang disampaikan oleh dinas pariwisata setempat tentang kejelasan nasib mereka, tempat mereka mencari penghasilan.
ADVERTISEMENT
“Gimana dari dinas pariwisata itu aksinya sebagai pemerintah itu nggo ngewehake warga (untuk memberikan kepada warga). Yo dikapakke lah, dikei opo, dipiyekke (Ya bagaimana lah, diberi apa, diapakan). Perlu ada penyuluhan kepada warga, jadi nggak asal nutup-nutup, mbukak-mbukak,” paparnya.
Artikel ini bentuk kerjasama antara DCODE dan Kumparan, saatnya kita beraksi bukan berpangku diri #MauGerakWithDCODE more info click Dcode.id