Konten Media Partner

Budaya Makan Ikan di Yogyakarta Dinilai Masih Rendah

1 September 2019 7:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penjual ikan di pasar. Foto: Kumparan.
zoom-in-whitePerbesar
Penjual ikan di pasar. Foto: Kumparan.
ADVERTISEMENT
Sebagian besar masyarakat Yogyakarta lebih memilih lauk daging ayam dari pada ikan. Padahal jika dilihat dari kandungan gizinya, protein ikan jauh lebih tinggi. Tak hanya itu, beberapa jenis ikan juga memiliki harga yang lebih murah dibandingkan ayam.
ADVERTISEMENT
Ketersediaan ikan yang rendah membuat masyarakat lebih memilih daging ayam. Lingkungan yang tercemar dan berbagai faktor lain membuat ketersediaan ikan di Yogyakarta masih rendah. Tak hanya soal ketersediaan saja, budaya makan ikan di Yogyakarta sendiri masih dinilai kurang.
"Berdasarkan data di tahun 2016, tingkat konsumsi daging ikan di Yogyakarta hanya 23,07 kilogram per kapita per tahun, kalau nasional kan sudah mencapai 50 kg (per kapita per tahun) ini kan masih rendah," ujar Rustadi, Pakar Perikanan UGM, Sabtu (31/8/2019).
Rustadi, Pakar Perikanan UGM, saat memberikan materi, Sabtu (31/8/2019). Foto: adn.
Berdasarkan data dari Dinas Perikanan, konsumsi ikan per kapita per 2018 di daerah ini hanya sebesar 24,050 kg. Jauh di bawah rata-rata konsumsi ikan nasional yang mencapai 50,69 kg per kapita per tahun. Meskipun terbilang rendah, nyatanya konsumsi ikan masyarakat DIY ini telah mengalami peningkatan dari tahun 2017 yaitu dari 23,750 kg per kapita per tahun.
ADVERTISEMENT
Ia tidak menampik adanya peningkatan konsumsi ikan di tahun 2017 dan 2018. Namun, peningkatan ini masih belum sebanding dengan rata-rata konsumsi ikan secara nasional.
Menurutnya, hal paling penting untuk meningkatkan konsumsi ikan adalah menyadarkan diri bahwa kandungan protein ikan lebih baik dari pada yang lain.
"Orang Jogja itu kan biasa makan iwak (lauk; dalam bahasa jawa juga berarti ikan) tempe, iwak pitik (ayam). Ini yang perlu diperbaiki," ujarnya.
"Budayanya (makan ikan) di Jogja itu memang kurang, selama ini kan kalau slametan makannya ingkung (ayam), kalau di Jawa Barat masih ada yang pakai Bandeng, itu kan lebih bagus," tambahnya.
Saat ditanya soal dampak rendahnya konsumsi ikan pada masyarakat, Rustadi menjawab kerdil. Kini berbagai program untuk meningkatkan minat konsumsi ikan telah digalakkan oleh Pemerintah, salah satunya Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan)
ADVERTISEMENT
"Selama ini secara nasional yang ditugasi untuk pemenuhan protein itu dari ikan, 60 persen. Lainnya susu, dan lain-lain," kata Rustadi. (asa/adn)