Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten Media Partner
Bus Tabrak Tebing di Bantul, KNKT: Bus dalam Keadaan Bagus
14 Februari 2022 13:48 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) telah melakukan analisa penyebab kecelakaan maut yang menewaskan 13 orang di di jalan Dlingo-Imogiri tepatnya Bukit Bego, Bantul , Padukuhan Kedungbuweng Kalurahan Wukirsari Kapanewon Imogiri Kabupaten Bantul.
ADVERTISEMENT
Bahkan, Senin (14/2/2022) mereka KNKT kembali mempertegas hasil analisa mereka terkait dengan penyebab kecelakaan bus pariwisata yang mengakibatkan 13 nyawa melayang. Mereka mengajak pihak kepolisian, Dinas Perhubungan DIY dan Kabupaten Bantul serta Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk membuktikannya.
PLT Ketua Sub Komite Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) KNKT, Ahmad Wildan menuturkan, pihaknya telah mengumpulkan data baik kondisi kendaraan dan juga keterangan berbagai pihak, KNKT telah melakukan analisis penyebab kecelakaan maut di Bukit Bego tersebut. Setelah itu mereka merangkai data tersebut menjadi sebuah kesimpulan penyebab kecelakaan tersebut.
"Tadi kita minta Kepala Dishub bersama kami. Merasakan dan menyaksikan analisa penyebab kecelakaan yang kami ambil," tutur Ahmad di Jalan Dlingo-Imogiri, Senin (14/2/2022).
ADVERTISEMENT
Meski tidak menyebut secara gamblang, namun Ahmad menjelaskan jika kecelakaan tersebut lebih banyak karena faktor pengemudi alias Human Error. Terlebih mereka juga telah memeriksa kondisi kendaraan yang mengalami kecelakaan tersebut.
Ahmad menyebut, kondisi kendaraan secara umum masih bagus. Di mana ban masih bagus karena tidak gundul serta rem tromolnya masih standar. Secara umum, bus tersebut sebenarnya masih layak melibas jalan yang menanjak atau menurun.
"Bus itu dalam keadaan bagus. Tidak bermasalah, (yang bermasalah) sebenarnya dari sisi teknis," ungkap dia.
Ahmad lantas menjelaskan secara tehnis kenapa kecelakaan tersebut karena Human Error. Menurut Ahmad, pada kondisi jalan menurun, tentu yang terjadi adalah akan menimbulkan gaya gravitasi yang semakin besar. Di mana kendaraan juga akan semakin cepat di jalan yang menurun.
ADVERTISEMENT
Hari Senin ini, pihaknya telah meminta kepada Kepala Dishub DIY dan Bantul untuk mencoba ikut mobil Ford Ranger Double Cabin milik KNKT. Mereka bersama-sama mencoba menggunakan mobil tersebut untuk melewati jalan menurun Dlingo-Imogi.
"Tadi saya perintahkan sopir untuk menggunakan gigi (perseneling) 2 tanpa mengerem dan ngegas. Dan sesuai analisa kami, ternyata semakin cepat," ujar Ahmad saat di lokasi, Senin.
Dalam pengujian analisa KNKT tersebut Senin pagi, mobil KNKT ternyata melaju dengan kecepatan semakin tinggi bahkan puncaknya mencapai 70 km/jam. Hal tersebut karena gaya gravitasi bumi yang mengakibatkan laju mobil semakin cepat di jarak 500 meter sebelum lokasi kejadian.
Di mana Mobil Ford Ranger Double Cabin saja kecepatannya bisa mencapai 70 km/jam dengan gigi 2. Hal tersebut berarti ketika pengemudi menginjak rem di jalan menurun, maka sebenarnya tidak menyelesaikan masalah. Karena kendaraan tersebut sama seperti didorong.
ADVERTISEMENT
"Sehingga resiko anginnya habis kampasnya gosong itu bisa saja semakin cepat terjadi,"jelasnya.
"Itu kemarin pengemudi (bus) menggunakan gigi tiga. Kita pakai gigi 2 saja tanpa rem tanpa ngegas kecepatannya bisa segitu. Apalagi kemarin pakai gigi 3, itu dia (sopir bus) terus memaksa melakukan pengereman berkali-kali," kata dia.
Hal tersebut bisa dibayangkan pada bus pariwisata naas yang alami kecelakaan tersebut. Di mana ketika volume kendaraan semakin besar maka gaya gravitasi yang ditimbulkan juga semakin besar. Terlebih dari keterangan saksi, saat itu almarhum pengemudi melaju dengan menggunakan gigi perseneling 3.
Sopir bus tersebut memaksa melakukan pengereman berkali-kali. Sistem kerja rem angin sebenarnya adalah ketika kendaraan diinjak pedal gasnya maka angin akan mengisi dan pada saat mengerem kendaraan itu membuang angin yang ada di dalam tabung.
ADVERTISEMENT
"Nah pada saat turun itu dia tidak banyak kesempatan mengisi, dia hanya membuang (angin) terus," terangnya.
Pada saat tekanan angin kurang dari 6, lanjutnya, pengemudi hanya merasakan remnya tak berfungsi atau nyeplos. Ketika pengemudi menginjak rem masih terdengar mengeluarkan angin. Tetapi secara tehnis bus tersebut tidak melakukan pengereman bus kemudian kehilangan tenaga tidak bisa mengerem lagi.
"Itu berdasarkan keterangan pembantu pengemudi. Karena pengemudi kan meninggal jadi tidak bisa dimintai keterangan," tambahnya.