Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten Media Partner
Dalem Mangkubumen: dari Hunian Pangeran Hingga Universitas
7 September 2019 17:20 WIB

ADVERTISEMENT
Meski sudah berdiri hampir 1,5 abad, tak tampak tanda-tanda kerusakan parah pada sebuah bangunan yang menjadi saksi banyak sejarah. Dalem Mangkubumen merupakan salah satu bangunan milik Keraton Yogyakarta yang masih terpelihara dengan baik hingga kini. Berawal dari hunian pangeran yang aka menjadi seorang raja, kemudian menjadi fasilitas publik yakni universitas.
ADVERTISEMENT
Tepatnya didirikan di masa Hamengku Buwono VI sekitar tahun 1874. Pembangunannya kemudian rampung sekitar tahun 1905. Dari segi lokasi, bangunan bersejarah ini tak seperti bangunan keraton lainnya yang dapat mudah ditemukan. Tempatnya tersembunyi di tengah-tengah permukiman warga yang dibangun mengelilingi dalem tersebut.
Pendirian bangunan ini tak lepas dari peran Pangeran Mangkubumi yang merupakan anak dari Hamengku Buwono VI. Ia juga merupakan adik Hamengku Buwono VII. Dialah yang mencetuskan pendirian bangunan sekaligus menjadi arsiteknya.
“Pendiri Ndalem Mangkubumen itu Pangeran Mangkubumi. Nah beliau merupakan anak dari Hamengku Buwono VI yang nomer tujuh. Kakaknya itu yang pertama yang nantinya menjdi Hamengku Buwono VII” terang Penghageng Tepas Dwarapura, KRT Jatiningrat, saat dikunjungi di kantornya, Jumat (6/9/2019).
Soal pemanfaatan bangunan, ada berbagai versi cerita yang beredar. Versi yang pertama adalah bangunan ini merupakan hunian yang dipersiapkan bagi pangeran pangeran yang akan dipersiapkan menjadi raja. Menurut keterangan, Dalem Mangkubumen pertama kali digunakan oleh Pangeran Adipati Anom yang selanjutya menjdi Hamengu Buwono VII.
ADVERTISEMENT
Namun dari sumber lain yakni sebuah paper ilmiah yang berjudul Mengungkap Sejarah Arsitektur Dalem Mangkubmen Yogyakarta Periode Tahun 1847-1949 yang ditulis oleh Tri Yuniastuti, Satrio HB Wibowodan Sukirman, menyataan bahwa studi empirisnya menemukan bahwa fungsi utama bangunan sebagai hunian pangeran yang akan menjadi raja, tidak tidak terjadi. Malah dalem ini hanya digunakan sendiri oleh sang arsitek yakni Pangeran Mangkubumi. Tak hanya itu, kabarnya tempat ini juga pernah menjadi lokasi pengasingan.
Ketika dikonfirmasi, KRT Jatiningrat atau yang akrab disapa Romo Tirun, mengatakan bahwa bangunan tersebut memang mulanya difungsikan sebagai hunian bagi pangeran yang kelak akan menjadi seorang raja.
“Itu sempat ditempati oleh Hamengku Buwono VII sebelum menjadi raja. Kalau berapa lamanya dan detailnya saya kurang tahu” imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Kembali lagi ke versi pertama, dalem ini dipakai oleh Pangeran Mangkubumi bersama keluarganya sendiri. Pangeran terakhir yang menggunakannya sebagai hunian adalah Pangeran Buminoto atau yang berjuluk Pangeran Juminahan yang kemudian menjadi Hamengku Buwono VIII. Hingga tempat ini sempat mengalami kekosongan hingga 1942.
Pentingnya, dalem ini juga pernah menjadi lokasi bersembunyi salah satu jendral besar Indonesia yaitu Jendral Soedirman. Tepatnya di tahun 1948 saat terjadi agresi militer II, tempat ini dijadikan sebagai tempat mengungsi selama sehari oleh sang jendral bahkan lokasi menyusun strategi gerilya yang dipimpin juga oleh Hamengku Buwono IX. Hingga dalem ini kemudian ditempati oleh keluarga jendral sampai akhir masa perang yakni 1949.
Hunian Pangeran Beralih Jadi Tempat Multi Fungsi
ADVERTISEMENT
Tepatnya di tahun 1949, dalem milik keraton ini dijadikan sebagai lokasi pendidikan oleh Universitas Gajah Mada fakultas kedokteran. Peristiwa pendirian ini diresmikan secara langsung oleh presiden pertama RI Soekarno dan Hamengku Buwono IX. Selain menjadi salah satu tempat pendidikan, ndalem ini juga sempat menjadi sebuah rumah sakit Mangkubumen hingga tahun 1975. Inilah yang menjadi bagian dari embrio rumah sakit Sardjito. Hal ini bahkan dibenakann oleh Romo Tirun.
“Iya. Dulu pernah dipakai UGM Fakultas Kedokteran” ungkapnya.
Bangunan ini bahkan sempat ditinggalkan tidak berpenghuni lagi hingga sekitar tahun 1892. Hingga pada akhirnya dalem ini berfungsi sebagai salah satu gedung pendidikan Universitas Widya Mataram Yogyakarta hingga kini. Tak sebagai universitas saja, dalem ini juga menjadi lokasi taman kanak-kanak Tedjokusuman sejak 1991 hingga kini.
ADVERTISEMENT
Meskipun sudah berulang kali sempat beralih fungsi dan hingga kini masih digunakan sebagai lokasi pendidikan, keluarga keraton tetap menjaga fungsi dari bangunan ini yakni sebagai magersari atau hunian bagi kerabat keraton maupun masyarakat. Akan tetapi tempat hunian hanya di bagian bangunan pendukung bukan bangunan utama.
Romo Tirun menambahkan alasan dibalik terbukanya fasilitas dalem bagi publik. Ternyata ini tak lepas dari peranan Sultan Hamengku Buwono IX yang menghendaki agar publik mendapat fasilitas yang baik.
“Di masa itu kan sultan terbuka, memfasilitasi hal seperti itu. Lha ini kemudian dipakai dari duu sampai sekarang untuk pendidikan” pungkasnya. (Birgita/adn)