Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten Media Partner
Dampak Kekeringan, Warga Mulai Ajukan Dropping Air Bersih
12 Juni 2019 20:56 WIB
ADVERTISEMENT
Musim kemarau yang sudah berlangsung selama 1,5 bulan ini mulai berdampak bagi masyarakat terutama yang tinggal di daerah pegunungan. Mereka mulai merasakan persediaan air bersih yang terus menyusut bahkan mulai menghilang.
ADVERTISEMENT
Bagi warga yang selama ini menggantungkan pasokan air bersih mereka dari sumber mata air ataupun sumur bor yang dikelola masyarakatpun kini juga debit airnya berkurang. Sistem bergilirpun diterapkan kepada warga yang membutuhkan air.
Seperti yang dirasakan oleh warga Dusun Kikis, Desa Sambirejo, Kecamatan Klaten. Satu-satunya sumur bor yang dikelola oleh masyarakat debit airnya mulai berkurang. 240 kepala keluarga yang tinggal di Dusun tersebut kini harus rela menunggu aliran air ke kediaman mereka.
"Sekarang kalau siang untuk Kikis Timur dan malam untuk Kikis barat,"tutur Kepala Dusun Kikis, Bagiyo (49), Rabu (12/6/2019).
Sebenarnya, sumur bor yang warga kelola akan mampu mengairi semua warga dusun Kikis, meskipun kemarau seperti sekarang ini. Namun sejak kehadiran Pamsimas tetangga dusun mereka, dusun Sengon beroperasi, debit air sumur bor mereka tak lagi mencukupi kebutuhan air bersih di dusun tersebut.
ADVERTISEMENT
Pasalnya sumber air yang digunakan untuk Pamsimas di wilayah yang masuk Kabupaten Klaten Jawa Tengah tersebut letaknya berdekatan hanya beberapa puluh meter saja. Akibatnya, sumber mata air yang dimiliki oleh Dusun Kikis tersedot dan tak mampu lagi mencukupi kebutuhan masyarakat dusun tersebut.
"Ya bagaimana lagi. Letak sumber Pamsimas dari Klaten juga berada di bawah kita. Sehingga debit air kita secara otomotis tersedot ke sana,"terangnya.
Karena sudah tidak mencukupi lagi, makanya masyarakat Dusun Kikis kini sudah melayangkan surat permohonan droping air bersih ke pemerintah Kabupaten Sleman. Mereka khawatir, tak bisa memanfaatkan sumur bor di wilayah dusun tersebut karena kondisinya mengering.
Dilema seperti itu memang pernah warga rasakan ketika musim kemarau tahun lalu. Karena sumur bor tak mencukupi, maka sebagian warga terpaksa membeli air bersih dan sebagian lagi mengajukan droping air bersih dari pemerintah.
ADVERTISEMENT
Untuk membeli air, harga di wilayah mereka sudah tergolong tinggi. Karena untuk mendapatkan air bersih sebanyak 1 tangki kapasitas 5.000 liter, warga harus merogoh kocek paling sedikit Rp 120 ribu. Tentu hal tersebut sangat membebani masyarakat.
"Kita sudah mengajukan permohonan droping air bersih. Tinggal menunggu jadwal pengiriman dari BPBD,"tambahnya.
Kepala BPBD DIY, Biwara Yusdayanta mengungkapkan, meski musim kemarau belum berlangsung lama, namun ia mengakui sudah ada beberapa wilayah di DIY yang mulai merasakan dampaknya. Dropping air bersih menjadi solusi instan untuk mengatasi kesulitan air bersih tersebut.
"Tetapi jangka panjang, kita berupaya menambah jumlah Pamsimas dengan memanfaatkan sumber air di wilayah setempat. Harapannya ya agar jumlah wilayah yang tergantung pada dropping air berkurang,"ujarnya. (erl/adn)
ADVERTISEMENT