Derita Peternak di Gunungkidul: Harga Pakan Melonjak, Sapi Tak Laku Jual

Konten Media Partner
19 Maret 2023 17:14 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi ternak sapi. Foto: erfanto/Tugu Jogja
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ternak sapi. Foto: erfanto/Tugu Jogja
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Para peternak sapi di wilayah Gunungkidul mengeluh anjloknya harga sapi di tengah melonjaknya harga pakan saat ini. Padahal ketergantungan peternak sapi dengan pakan pabrikan ini cukup tinggi terutama untuk penggemukan.
ADVERTISEMENT
Seno, pemilik sapi asal Dusun Karangasem Kalurahan Mulo Kapanewon Wonosari Gunungkidul menyebut hidup para peternak sapi di Gunungkidul kian hari kian terhimpit. Berbagai penyakit sapi menghantam upaya mereka.
Penyakit antraks memang sempat membuat harga sapi di wilayah ini terpuruk. Beberapa saat harga sapi kembali memang sempat pulih meski belum normal. Namun hantaman penyakit kembali mendera sapi-sapi yang dipelihara peternak.
"Setelah antraks muncul PMK (Penyakit Mulut dan Kuku). Sekarang banyak yang kena LSD atau apa itu namanya. Sapinya ndak boleh dibawa ke pasar," kata dia, Minggu (19/3/2023).
Seno mengatakan akibat penyakit ini harga sapi memang turun dan tak banyak yang membeli sapi. Sapi yang dibawa ke pasar hewan banyak yang tidak laku karena pembeli masih khawatir akan paparan penyakit tersebut.
ADVERTISEMENT
Peternak semakin terjepit karena sekarang untuk memelihara sapi biayanya melonjak drastis. Salah satu pemicunya adalah naiknya harga Polard yang cukup tinggi. Dari harga Rp 350 ribu per 50 kilogram kini melonjak menjadi Rp 450 ribu.
"Kalau Polard itu kami sangat butuh. Lha kalau Ndak di-polard tidak bisa gemuk," kata dia.
Di sisi lain, untuk mencari rumput pun kini kian sulit karena banyak lahan yang berganti menjadi tanaman jati. Pohon-pohon yang awalnya bisa dimanfaatkan daunnya untuk pakan, kini karena berganti jati maka daunnya tidak bisa diambil untuk pakan.
Kini, peternak sudah ada yang mulai menjual hewannya untuk memenuhi kebutuhan pakan. Dia mencontohkan untuk memelihara 4 ekor sapi maka harus menjual seekor sapi untuk memenuhi kebutuhan pakan.
ADVERTISEMENT
"Ya sebenarnya rugi kalau dihitung-itung. Apalagi kalau dihitung tenaga dan waktu, tapi itu salah satu tabungan kami,"ujar dia.
Lurah Pasar Hewan Siyono Harjo, Isnaning mengungkapkan kasus LSD sudah berdampak pada transaksi jual-beli sapi di Gunungkidul. Pengelola Pasar Hewan Siyono Harjo, Playen, Isnaning Suindarti mengatakan penurunannya terbilang drastis.
"Sapi yang datang ke pasar turun hingga 50 persen dari biasanya," tambahnya.
Kondisi serupa juga terjadi pada tingkat pembelian hingga harga sapi. Karena banyak yang khawatir dengan LSD ini karena penyebarannya cepat.