Desa di Jogja Padukan Sampah Plastik dengan Kain Lurik Jadi Barang Bermanfaat

Konten Media Partner
22 November 2020 8:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Salah satu produk tas perpaduan sampah plastik dan kain lurik kreasi warga. Foto: Tugu Jogja/Nada Pertiwi
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu produk tas perpaduan sampah plastik dan kain lurik kreasi warga. Foto: Tugu Jogja/Nada Pertiwi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Berbagai upaya terus dilakukan untuk mendaur ulang sampah plastik yang sudah terlanjut digunakan. Hal tersebut lantaran sampah plastik sulit diolah dan keberadaannya di darat maupun laut merusak ekosistem alam, flora, serta fauna. Salah satu pemanfaatan kembali sampah plastik dilakukan oleh warga di Desa Nglempong, Turi, Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Salah satu Usaha Kecil Menengah (UKM) di Desa Nglempong, Turi, Yogyakarta yang telah lama bergelut dalam pembuatan kerajinan dari sampah plastik kini tengah membuat kerajinan baru. Mereka menciptakan sebuah inovasi unik berupa perpaduan sampah plastik dengan kain lurik. Hal ini tidak lain disebabkan karena Yogyakarta terkenal akan batiknya dan kemudahan untuk mendapatkan kain lurik.
Kreasi baru ini terinspirasi ketika salah satu anggota UKM, Christiani Dini, mengikuti seminar lurik. Sesampainya di rumah dari seminar, perempuan yang akrab disapa Dini langsung mencoba mengolah kain lurik miliknya dan melihat ada kecocokan dengan kreasi dari sampah yang selama ini ditekuninya.
"Waktu itu ada seminar lurik, kita diundang, saya iseng-iseng di rumah kan ada kain lurik jadi saya coba potong-potong. Jadi inspirasi itu timbul karena ada seminar lalu dilihat-lihat ternyata lurik dengan sampah ini yo matching,” ungkapnya, Sabtu (21/11/2020).
Informasi selengkapnya klik di sini
Saat terjadinya penurunan produksi akibat pandemi corona seperti sekarang ini, untuk mengisi waktu senggangnya, Dini mencoba untuk benar-benar membuat produk dari kain lurik dan sampah.
Adv
“Kalau dulu kan hanya sebatas plastik-plastik. Sekarang saya mau coba kombinasikan lurik sama karung goni. Nah ini muncul setelah saya cuma di rumah terus pameran ya ndak bisa, mau jualan kayak gini orang kan mesti belinya kuliner ya, jadi saya mau coba kombinasi itu,” imbuh Dini.
ADVERTISEMENT
Sampah plastik nantinya akan digunakan sebagai pemberi warna motif pada tas. Plastik terlebih dahulu dipotong-potong kecil secara halus dan dimasukan pada motif yang berwarna bening sehingga potongan tersebut akan terlihat.
“Misalnya tas dengan motif burung berekor panjang berwarna merah dan biru, nah ekornya ini yang nanti menggunakan plastik" sambung Dini.
Dini mengaku beberapa orang sudah tertarik dengan tas buatannya yang dirinya posting di media sosial. Beberapa orang bahkan ingin membeli karena dianggap nyeni. Namun, Dini sampai saat ini belum dapat mematok harga kepada produk kreasi barunya.
“Kan ada yang nanya ‘kok nyeni?’ begitu ya, ‘dijual berapa?’. Saya itu jadi bingung karena itu semua perca. Jadi saya tidak bisa menghargainya berapa,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Sampai hari ini Dini bersama suami dan beberapa warga setempat bertekad untuk terus melanjutkan dan mengembangkan “Rumah Sampah” yang mereka kelola. Bagi mereka tidak hanya sekedar menjaga lingkungan dan materi yang didapat, namun juga adanya kebanggaan tersendiri. (Nada Pertiwi)