Konten Media Partner

Dosen UAJY Lakukan Riset di 2 Destinasi Wisata Super Prioritas Indonesia

7 November 2024 20:30 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tiga Dosen FBE UAJY, peroleh hibah APTIK 2024. Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Tiga Dosen FBE UAJY, peroleh hibah APTIK 2024. Foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
Riset Ekonomi Dosen Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), peroleh hibah dari Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik (APTIK) 2024.
ADVERTISEMENT
Hibah itu untuk mengembangkan konsep inovatif dalam industri pariwisata yang dilakukan oleh tiga Dosen Fakultas Bisnis dan Ekonomika (FBE) yaitu Wenefrida Mahestu N. Krisjanti, S.E., M.Sc.IB., Ph.D., Elisabet Dita Septiari, S.E., M.Sc., Ph.D., dan Harsono, M.Phill.
Penelitian ini merupakan kolaborasi bersama Merry Jeanned’arc Korompis, S.E., M.M. dari Universitas De La Salle, Manado.
Penelitian yang diberi judul “Implementasi Ekonomi Sirkular dalam Industri Pariwisata: Studi pada Accommodation Sharing Economy di Destinasi Wisata Super Prioritas” ini bertujuan untuk mengatasi tantangan dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan di Indonesia.
Riset yang berfokus pada sharing accommodation (penyewaan tempat tinggal bersama) ini mengambil wilayah studi di dua Destinasi Super Prioritas Kementerian Pariwisata yakni Borobudur, Jawa Tengah dan Likupang, Sulawesi Utara.
ADVERTISEMENT
Salah satu Dosen FBE UAJY, Harsono mengatakan dengan berkembangnya pariwisata dan destinasi super prioritas di suatu daerah akan menuntut adanya tempat-tempat tinggal bagi wisatawan.
“Dikembangkan suatu konsep di mana rumah-rumah di sekitaran destinasi tersebut bisa menjadi tempat tinggal bagi wisatawan. Bisa jadi mereka tinggal dengan si pemilik rumah atau mereka tinggal dengan wisatawan lain yang tidak mereka kenal sebelumya,” ungkap Harsono, pada keterangan, Kamis (7/11/2024).
Selain itu, Wenefrida mengatakan bahwa isu sustainability dan sirkular ekonomi kemudian menjadi pilar utama dalam penelitian yang sedang dikerjakan ini.
Apabila sharing accommodation ini diberlakukan di Indonesia maka seharusnya tidak ada orang Indonesia yang miskin karena adanya pemberdayaan masyarakat yang “berlanjut”.
“Sharing accommodation untuk saat ini menjadi aktivitas paling mudah dikembangkan oleh masyarakat untuk terlibat dalam sirkular ekonomi. Apabila masyarakat punya rumah atau kamar kosong yang bisa dimonetisasi maka mereka bisa memperoleh pendapatan. Hal ini juga akan berdampak pada UMKM sekitarnya seperti laundry maupun rumah makan milik warga lokal,” pungkas Wenefrida.
ADVERTISEMENT
Penulis : Len