DP, Copet Asal Ngestiharjo Mengaku Dapat Ilmu dari Ayahnya

Konten Media Partner
1 Juli 2019 13:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
DP (26) (berpakaian oranye) bersama dengan barang bukti yang diamankan pihak kepolisian, Senin (1/7/2019). FOto: erl.
zoom-in-whitePerbesar
DP (26) (berpakaian oranye) bersama dengan barang bukti yang diamankan pihak kepolisian, Senin (1/7/2019). FOto: erl.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
DP (26) wanita asal Padukuhan Sonosewu RT 01, Desa Ngestiharjo, Kecamatan Kasihan, kabupaten Bantul ini tergolong sangat lihai ketika melakukan aksi pencopetan di berbagai tempat. Terbukti hanya dalam waktu 1 jam ia berhasil menggasak 7 buah handphone serta beberapa dompet milik jamaah.
ADVERTISEMENT
Rupanya kemampuan ia mencopet barang-barang di dalam tas bukan didapat dari orang lain. Wanita ini justru mendapatkan ilmu untuk melakukan kejahatan dari orangtuanya sendiri. DP berhasil menguasai ilmu mencopet yang diturunkan oleh ayahnya ketika wanita ini masih duduk di bangku SMP.
Sejak mendapatkan ilmu mencopet dari ayahnya, DP selalu turut serta sang ayah ketika melakukan aksi pencopetan di berbagai daerah. Di mana pun ayahnya beraksi, DP selalu ada dan sasarannya memang selalu pada kerumunan massa ketika melangsungkan sebuah perayaan.
"Bapaknya sudah meninggal 5 tahun yang lalu dan profesinya memang juga sama sebagai pencopet," tutur Kasat Reskrim Polsek Godean, AKP Darban, Senin (1/7/2019).
Darban mengungkapkan yang bersangkutan ini melakukan pencopetan dengan berekspresi atau meniru dari almarhum ayahnya yang juga melatih DP untuk bisa melakukan pencopetan dengan cara yang sangat cepat di kerumunan massa yang banyak dan mendapat hasil yang banyak.
ADVERTISEMENT
"Contohnya waktu di Pengajian di Godean kemarin, di mana yang bersangkutan itu datang ke TKP 19.30-20.30 itu sudah dapat 7 handphone dan 1 dompet artinya dalam waktu 1 jam sudah dapat hasil yang begitu banyak,"ungkapnya.
Wanita ini merupakan anak ke 10 dari 13 bersaudara. Untuk mengelabui tetangga kiri kanannya, DP juga bekerja dengan orang lain. Selama ini, DP bekerja membantu berjualan buah di Pasar Buah Gamping. Namun ketika ada perayaan sebuah peringatan hari tertentu seperti Sekaten, Labuhan ataupun pengajian, ia langsung melakukan aksinya.
Selama ayahnya masih hidup, ia selalu diajak beraksi kemana pun ada keramaian. Namun sejak ayahnya sudah tiada, DP mengaku beraksi seorang diri dengan sasaran yang juga berpindah-pindah. Satu hal yang sebenarnya tidak boleh dilanggar oleh DP, ia tidak boleh beraksi di wilayah DIY.
ADVERTISEMENT
"Ayahnya sudah mewanti-wanti agar jangan beraksi di Yogyakarta supaya tidak apes. Nampaknya itu yang menjadikan dia apes, beraksi di Godean dan tertangkap. Saya tanya kemarin kalau Sekaten di Yogyakarta dan tradisi Bekakak di Godean apakah beraksi, ia menjawabnya tidak,"tambahnya.
Ketika di Godean, ia sengaja menyamar mengenakan pakaian muslim laki-laki ketika melancarkan aksinya. Ia memilih mencari mangsa perempuan karena sering lengah di mana dompet atau tasnya sedikit terbuka. Dalam aksinya ia sengaja memilih titik kerumunan di mana massa bergerombol lalu lalang dalam pengajian.
DP, pelaku pencopetan ini mengaku terpaksa melakukan kejahatan karena terdesak oleh kebutuhan. Bersama 13 orang saudara tentu bukan menjadi persoalan yang mudah bagi orangtuanya untuk mencukupi kebutuhan mereka sehari-hari. Sehingga salah satu cara mendapatkan hasil dengan mudah dan hasilnya banyak adalah dengan mencopet.
ADVERTISEMENT
"Untuk kebutuhan,"tutur DP tertunduk malu. (erl/adn)