Konten Media Partner

Era Digital, Tidak Semua Dapat Terdigitalisasi

24 November 2019 8:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dari kiri ke kanan: moderator-Rangga Almahendra-I Putu Endra Diputra-Arif Faqihudin. foto: Dion
zoom-in-whitePerbesar
Dari kiri ke kanan: moderator-Rangga Almahendra-I Putu Endra Diputra-Arif Faqihudin. foto: Dion
ADVERTISEMENT
Pada era digital seperti sekarang, segala hal dianggap sudah terdigitalisasi. Bidang-bidang kehidupan bergeser dari sistem luar jaringan (luring) ke dalam jaringan (daring). Digitalisasi seolah menuntut manusia untuk selalu mengikuti apa saja yang menjadi kehendaknya. Namun dalam kenyataannya tidak selalu demikian.
ADVERTISEMENT
Era digital bukan berarti membuat manusia harus tunduk terhadap teknologi. Bagaimanapun, manusia adalah makhluk yang dikaruniai akal budi. Keduanya membuat manusia dapat memilah mana yang sekiranya perlu dan tidak atau mungkin belum, jika berbicara tentang kehidupan di era disrupsi saat ini.
"Dalam dunia bisnis, daring dan luring sama saja. Ambil contoh perusahaan, mereka sudah mempunyai aplikasi di dunia maya yang memungkinkan para konsumennya mendapatkan barang atau jasa dari sana. Namun mereka tetap mengajak berinteraksi kepada para konsumen itu di dunia nyata," kata I Putu Endra Diputra, General Manager Sales and Digitalization Telkomsel, pada talkshow bertajuk Dare to Be Inspiring dalam rangka Gamapreneur Expo 2019, Sabtu (23/11).
Dalam acara yang berlangsung di Gedung PKKH UGM itu, Endra mengatakan pengalaman adalah kunci dalam fenomena tersebut. Melakukan aktivitas di dunia nyata tidak dapat tergantikan oleh melakukan hal yang sama dari hasil berselancar di dunia maya. Dia memberi contoh pengalaman berbelanja secara langsung di suatu tempat akan memberi pengalaman lebih ketimbang berbelanja di dunia maya.
ADVERTISEMENT
"Kita bisa melihat barangnya menggunakan mata kepala sendiri. Artinya, ada pengalaman lebih dari situ. Luring tidak bisa digantikan seluruhnya oleh daring. Bagi perusahaan sendiri, interaksi secara luring penting untuk mengajak para konsumen mengenal lebih dalam berbagai macam produknya sekaligus menyapa mereka secara langsung," ujar Endra.
Tidak hanya dalam dunia bisnis skala besar, pada bisnis skala kecil maupun bidang-bidang lain manusia juga harus mampu mengadaptasikan digitalisasi dengan lingkungannya sehingga jika memang betul-betul dibutuhkan, teknologi dapat tepat sasaran. Jika tidak, dikhawatirkan justru timbul keegoisan dan kesombongan dari manusia itu sendiri.
"Semisal para nenek penjual gudeg atau para kakek penjual ronde kita minta untuk mengerti tentang teknologi yang macam-macam dengan iming-iming dagangan mereka bisa lebih laris, perlu dilihat terlebih dahulu kesiapannya. Jika tidak atau belum siap, jangan dipaksakan," tutur Arif Faqihudin, CEO Medup.id, dalam kesempatan yang sama.
ADVERTISEMENT
Pemuda berusia 23 tahun tersebut lantas menceritakan pengalamannya berkunjung ke Halmahera, Maluku Utara. Di sana, terdapat wabah penyakit malaria. Ironisnya, pelaporan terhadap setiap penderita penyakit itu untuk sampai ke pemerintah memakan waktu satu bulan karena sulitnya medan dan jaringan komunikasi. Kemudian ada pihak yang mencoba memperbaiki keadaan tersebut.
"Menggunakan teknologi yang intinya serba canggih. Namun masyarakat di sana tidak siap karena sebelumnya kurang melek teknologi. Niatnya bagus, tapi justru tidak tepat sasaran. Akhirnya saya dan teman-teman membantu, tetap memanfaatkan teknologi sesuai porsinya. Dalam artian, masih dapat diterima dan dipahami masyarakat. Hasilnya, waktu satu bulan itu dapat kita pangkas menjadi 15 menit," kisahnya.
Sementara dosen FEB UGM, Rangga Almahendra, mengatakan manusia sebagai makhluk yang berbeda dengan cipataan lain mustinya memiliki daya kreasi dan kreativitas dalam melakukan apa yang menjadi kehendak, rencana, dan keinginannya. Hal tersebut membuat manusia tidak terjebak dalam satu arus besar yang justru dapat menyulitkan diri sendiri maupun orang lain.
ADVERTISEMENT
"Ia harus mempunyai daya kreasi untuk memberi manfaat bagi sesamanya. Ia mempunyai banyak ide. Ia bisa mengangkat derajat dirinya sendiri, orang lain, bahkan bangsanya," pungkas suami Hanum Salsabila Rais itu.
(Dionisius)