Konten Media Partner

GKR Hemas Beberkan Kondisi Lansia di Jogja, Terlantar hingga Dijadikan Pengemis

1 Agustus 2022 20:24 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) asal DIY, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas. Foto: Tugu Jogja
zoom-in-whitePerbesar
Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) asal DIY, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas. Foto: Tugu Jogja
ADVERTISEMENT
Pemerintah Kabupaten Sleman dan Gunungkidul menjalin kerjasama dengan lembaga sosial asal Jerman, Caritas dalam penanganan Lansia. Kerjasama ini juga merupakan pilot project penanganan lansia. Mereka merencanakan akan melaksanakan program di Karangasem Gunungkidul dan Girirejo Sleman.
ADVERTISEMENT
Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) asal DIY, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas mengaku sangat senang dengan kerja sama tersebut. Sebab, selama ini ia tidak bisa menampik jika cukup banyak lansia di DIY yang terlantar ditinggal keluarganya sendirian.
Lansia yang terlantar tersebut cukup membawa persoalan sosial tersendiri bagi masyarakat sekitar, dan juga pemerintah setempat. Dengan kerjasama tersebut diharapkan kesejahteraan para lansia tersebut akan semakin meningkat. Terlebih dua daerah yang akan menjadi pilot project tersebut merupakan kantong lansia di DIY.
"Jumlah lansia di DIY sendiri mencapai 15,76 persen dari jumlah penduduk di DIY. Ini tentu menjadi pekerjaan rumah tersendiri bagi Pemda," tutur GKR Hemas ketika menyaksikan MOU antara LSM dari luar negeri Caritas dengan pemerintah Kabupaten Sleman dan Gunungkidul, Senin (1/8/2022) di Gedung DPD DIY.
ADVERTISEMENT
Hemas mengatakan, Kerjasama tersebut terjalin dalam rangka Peningkatan Kesejahteraan Lansia Indonesia Melalui Peningkatan Partisipasi Lansia Dalam Masyarakat dan Peningkatan Akses Layanan Kesehatan di Sleman dan Gunungkidul.
Hemas menambahkan, selama ini penyumbang terbesar lansia di DIY adalah dari Kabupaten Sleman, disusul kemudian Gunungkidul. Tentu lansia-lansia tersebut memiliki permasalahan sendiri tergantung dari karakter wilayah mereka tinggal.
GKR Hemas mengklaim sebenarnya, kondisi lansia di DIY cukup baik karena sudah ada upaya dari pemerintah daerah untuk mengurusi mereka. Karena pemerintah daerah telah menyelenggarakan pemeriksaan gratis untuk lansia secara rutin.
"Hanya saja di Sleman itu baru satu kali sebulan, saya minta dua kali sebulan. Karena itu sangat kurang," tutur Hemas.
Menurut Hemas, dengan pelaksanaan pemeriksaan kesehatan gratis tersebut para lansia sudah merasa sangat diperhatikan. Apalagi dari sisi psikologis, lansia ini sudah sangat senang bisa berkumpul dengan rekan sejawatnya. Di mana mereka tidak pernah ingin tinggal atau dititipkan di Panti Jompo
ADVERTISEMENT
Salah satu yang membelit persoalan lansia adalah masih banyak yang ditinggal keluarganya atau anak-anaknya merantau mencari penghidupan yang lebih baik. Paling banyak lansia yang terlantar adalah di wilayah Gunungkidul dibandingkan wilayah lain.
"Lansia di sini kan tidak ingin dititipkan di Panti Jompo. Mereka tetap ingin meninggal di rumahnya, di kediamannya sendiri sekalipun harus tinggal sendirian. Ini persoalan tersendiri bagi kita," terang dia.
Ketika ditinggal sendirian, lansia-lansia tersebut seringkali menjadi stress karena biasa berkumpul dengan keluarganya. Dan tidak sedikit dari mereka yang akhirnya gantung diri meskipun pemicu awalnya karena menderita sebuah penyakit yang tak kunjung sembuh.
"Makanya di Gunungkidul angka bunuh diri didominasi oleh lansia," tambahnya.
Tak hanya terlantar dan penyumbang bunuh diri terbanyak, beberapa tahun lalu pernah ada fenomena penculikan lansia di perbatasan antara DIY dengan Jawa Tengah. Mereka diculik untuk dipekerjakan menjadi pengemis dengan hasil semuanya dikuasai oleh penculiknya.
ADVERTISEMENT
Mirisnya, ketika sudah tidak bisa melakukan pekerjaannya mengemis lagi maka lansia tersebut akan dikembalikan ke daerah asalnya. Bukan dengan cara baik-baik, tetapi justru dengan dibuang di pinggir jalan di daerah asalnya. Kondisi ini tentu sangat miris mengingat lansia seharusnya mendapatkan tempat layak di tengah keluarganya.
"Tetapi sekarang penculikan itu sudah tidak saya dengar lagi semenjak saya mengirim ambulans untuk mengurus lansia-lansia di perbatasan," ujarnya.
Nantinya, Caritas akan mengajari bagaimana para tetangga mengurus lansia-lansia di dekat tempat tinggal mereka. Sehingga ke depan tidak ada lagi kabar tentang lansia yang terlantar ditinggal keluarganya bekerja di luar daerah.
Perwakilan Caritas Jerman, Dewi Kurniawati menuturkan Caritas adalah lembaga non pemerintah yang memulai sosial di Aceh Nias dan DIY yang terdampak Gempa dan tsunami sejak tahun 2005 yang lalu. Tahun ini, Caritas kembali memperluas cakupannya melalui program lansia.
ADVERTISEMENT
"Program merupakan program pertama Caritas yang menjangkau lansia yaitu melindungi kelompok rentan termasuk lansia dalam kebencanaan, program ini sudah berjalan di Filipina dan Thailand," terangnya.