Konten Media Partner

Hutan Wonosadi Gunungkidul, Saksi Bisu Aksi Perusakan Lingkungan oleh PKI

29 September 2022 17:02 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana Hutan Wonosadi Gunungkidul. Foto: Erfanto/Tugu Jogja
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Hutan Wonosadi Gunungkidul. Foto: Erfanto/Tugu Jogja
ADVERTISEMENT
Partai Komunis Indonesia (PKI) telah ditetapkan menjadi partai terlarang di Indonesia. Saat ini, bahaya laten komunis tersebut masih terus mengancam sehingga pemerintah terus melakukan pengawasan terkait kemungkinan munculnya bahaya laten komunis tersebut.
ADVERTISEMENT
Film Gerakan 30 September atau sering disebut G30S sampai sekarang masih terus diputar di berbagai moment. Hal tersebut untuk mengenang pemberontakan PKI tahun 1965.
Kekejaman PKI tergambar jelas dalam film yang dibuat zaman Presiden Soeharto. Dalam film dokumenter tersebut digambarkan dengan jelas bagaimana PKI menculik dan menyiksa para jenderal dan membuangnya ke Lubang Buaya. Hingga saat ini PKI menjadi dikenal sebagai partai yang sangat kejam dan tidak berperikemanusiaan.
Dan ternyata, bukan hanya dikenal kejam, bahkan di Gunungkidul PKI juga ternyata suka merusak alam. Mereka pernah melakukan penebangan hutan secara besar-besaran di wilayah Gunungkidul. Sehingga hutan seluas 23 hektare yang tersisa hanyalah 4 pohon semata.
Hutan yang telah dirusak tersebut adalah Hutan Adat Wonosadi. Hutan yang sudah ada sejak jaman Majapahit tersebut dirusak secara membabi-buta oleh PKI dan pengikutnya. Mereka mengambil kayu-kayu langka yang ada di hutan tersebut tanpa mempedulikan lagi apa yang terjadi.
ADVERTISEMENT
Bahkan pohon yang di hutan berada di Dusun Duren Kalurahan Beji Kapanewon Ngawen, Kabupaten Gunungkidul ini tinggal menyisakan 4 tanaman. Akibatnya bencana kekeringan dan tanah longsor sempat melanda kawasan tersebut sebelum tahun 1965.
Aksi perusakan tersebut tergambar jelas di dalam dokumen yang ada di sekretariat Hutan Wonosadi. Dalam buku berisi beberapa lembar ketikan mesin ketik manual, Hutan Wonosadi sudah ada sejak zaman Brawijaya 5. Di mana selirnya bahkan melarikan diri ke hutan tersebut dari kejaran prajurit Demak.
Hutan tersebut sangat lestari dan berbagai tumbuhan tumbuh subur di kawasan tersebut. Masyarakat tidak pernah kekurangan air bersih. Dan di seputar hutan tersebut pertanian bisa tumbuh subur tanpa khawatir kekurangan air.
Namun seperti yang tertulis dalam tersebut hutan Wonosadi rusak akibat olah politik PKI sebelum tahun 1965. Hutan itu tiba-tiba menjadi gundul karena pohonnya habis ditebangi orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Namun aksi tersebut dibiarkan saja oleh pemerintah waktu itu, sebab yang berkuasa pemerintah desa orang-orang PKI.
ADVERTISEMENT
Setelah PKI hancur tahun 1965 perangkat Desa Beji diganti total, tetapi Hutan Wonosadi sudah terlanjur gundul tinggal 4 batang kayu yang masih ada. Pada tahun 1966 Hutan Wonosadi dhijaukan kembali oleh masyarakat se Desa Beji dipimpin oleh Sudiyo selaku wakil dari tokoh masyarakat.
Melalui kerja sama antara masyarakat dan pamong Desa akhirnya Hutan Wonosadi pulih kembali menjadi hutan lebat yang ditumbuhi bermacam-macam kayu. Sampai sekarang keamanan dan pelestariannya ditugaskan oleh Pemerintah Desa Beji kepada sekelompok Pemuda yang diketuai oleh Sadiyo.
Berdasarkan cerita yang berkembang, pada tahun 1965 terjadilah pemberontakan PKI (G30 S) yang berhasil ditumpas oleh negara dan berujung dibubarkannya Partai Komunis dan menjadi partai terlarang. Pamong Desa Beji diganti semua kecuali yang tidak berpaham komunis.
ADVERTISEMENT
Namun asa bagi masyarakat Beji karena Hutan Wonosadi sudah telanjur rusak berat di mana mana terjadi erosi tanah longsor, banjir kerikil, mata air mati, masyarakat menderita karena pertanian merosot total. Untuk memulihkan keadaan masyarakat hutan Wonosadi dan sekitarnya harus dipulihkan.
Lurah yang baru mengadakan rapat desa dengan keputusan dan 1966 hutan Wonosadi harus pulihkan menjadi hutan kembali. Sudiyo ditunjuk oleh Lurah Desa supaya mengkoordinir masyarakat Beji untuk membuat hutan kembali. Lalu dibuat panitia yang diketuai Sudiyo.
Ketua Jagawana Hutan Adat Wonosadi, Sri Hartini (52), mengatakan kini hutan Wonosadi telah kembali lestari. Luas Hutan Wonosadi menjadi 23 Ha di mana hutan inti ada 18 ha dan hutan penjaga ada 5 hektare. Berbagai tumbuh-tumbuhan ada di hutan ini dan kebanyakan tumbuhan langka ada di hutan inti.
ADVERTISEMENT
"Kini kami sangat menjaga kelestariannya. Bahkan sekarang menjadi hutan adat," ujar dia, Kamis (29/9/2022)
Sumarna, warga Dusun Duren yang mengetik naskah buku tersebut mengaku tidak mengetahui kebenaran cerita tentang PKI tersebut. Termasuk ketika PKI merusak hutan dan juga pergantian seluruh pamong ketika zaman penumpasan PKI tahun 1965.
"Saya memang yang mengetik narasi tersebut adalah dia, namun berdasarkan cerita dan inisiasi dari Sadiyo waktu itu. Dulu kan saya ketua Karangtaruna terus sekolah di SMEA. Nah yang bisa mengetik manual itu hanya saya, jadi saya yang disuruh mengetik narasi itu berdasarkan cerita Mbah Sadiyo,"ujar dia.
Kendati demikian, sepanjang sepengetahuannya, ketika zaman geger PKI tahun 1965, di Kalurahan Beji pernah terjadi pergantian lurah sebanyak dua kali. Dan masing-masing hanya menjabat selama beberapa bulan saja. Ia tidak mengetahui apakah pergantian tersebut karena sangkut paut dengan PKI atau hanya mengisi kekosongan jabatan
ADVERTISEMENT
Lurah Beji Ngawen, Sri Idayanti ketika dikonfirmasi mengaku tidak mengetahui kebenaran cerita PKI pernah merusak hutan Wonosadi tersebut termasuk juga narasi yang ada dalam buku di sekretariat Hutan Adat Wonosadi. Ia beralasan baru menjabat lurah sekitar 3 tahun.
"Pas peristiwa G30S itu saya belum ada. Saya lahir 1977, jadi kalau ditanya cerita itu termasuk semua pamong diganti karena tersangkut peristiwa tersebut, saya tidak tahu. Saya malah baru tahu sekarang ini," kata dia.