Konten Media Partner

Ini Kata Gusti Marrel, Cucu Sultan HB X tentang Wisata Kaliurang Merapi

20 Januari 2025 19:51 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gusti Marrel cucu Sultan HB X. Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Gusti Marrel cucu Sultan HB X. Foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
Nawang Jagad adalah objek wisata yang terpilih dalam giat tanam pohon langka yang dilakukan Raja Keraton Yogyakarta, Sri Sultan HB X bersama putri sulung GKR Mangkubumi serta cucu RM Drastya Wironegoro dan RM Guslilantika Marrel Suryokusumo, pada Senin (20/1/2025).
ADVERTISEMENT
Acara yang dinaungi oleh Bebadan Pangersaloka Keraton Yogyakarta dan dikemas dalam tajuk 'Air Untuk Masa Depan Peradaban' ini mengajak serta ketua organisasi pemuda lintas iman di Indonesia untuk menyebarluaskan gerakan tersebut.
RM Gustilantika Marrel Suryokusumo sebagai Kepala Bebadan Pangersaloka Kraton Yogyakarta mengatakan, lahirnya Bebadan Pangersaloka atas 'dawuh' dan inisiatif dari Ngarsa Dalem serta Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Mangkubumi
"Semakin berkembangnya zaman dan tantangan di sekarang ini menapa dibentuklah satu badan di dalam keraton di bawah naungan GKR Mangkubumi yang secara spesifik diperuntukkan untuk menanggulangi salah satunya permasalahan lingkungan. Dawuh Ngarsa Dalem adalah gunung balik gunung atau gunung kembali menjadi gunung. Bagaimana kita bisa melestarikan lingkungan di DIY ini, supaya kembali seperti peruntukannya, karena air dan lingkungan ini adalah sumber kehidupan kita bersama dan juga kedepan permasalahan-permasalahan lingkungan yang menjadi sangat penting. Permasalahan lingkungan ini tidak terlihat sampai sudah terjadi. Beliau selalu menyampaikan ketika permasalahan lingkungan ini sudah muncul dan sudah terjadi artinya sudah terlambat. Ini yang melatari kegiatan ini," terang Marrel.
ADVERTISEMENT
Menurut Marrel, permasalahan air adalah permasalahan dunia termasuk juga Yogyakarta. Untuk itu, ia mengajak seluruh elemen masyarakat harus mencegah bagaimana supaya tidak terjadi krisis air.
"DIY merupakan daerah yang mungkin dibandingkan dengan Jawa Tengah dan Jawa Timur memiliki letak geografik yang cukup kecil. Artinya permasalahan lingkungan pasti akan sangat terasa di masing-masing kabupaten. Dengan demikian, jika kita tidak rawat (alam) akan rusak," ucap Marrel.
Lanjut Marrel menjelaskan bahwa di lokasi tersebut, merupakan area mendapatkan bantuan keuangan khusus dari Sultan HB X pada saat pandemi Covid-19 tahun 2020 -2021 dengan tujuan diberikan dana itu untuk menjadikan lokasi wisata berbasis alam.
"Di lahan kita berada ini merupakan area yang di saat COVID-19 tahun 2020-2021 mendapatkan bantuan keuangan khusus dari Ngarsa Dalem untuk dikembangkan menjadi area wisata tapi berbasis alam," ujar Marrel.
ADVERTISEMENT
Ada dua objek wisata yang didanai di atas lahan tersebut yakni Nawang Jagad dan Tankaman.
"Kami ingin mendorong bagaimana eco tourism dan green tourism itu betul-betul bisa terbuat dan terjadi. Lahan ini pun tidak mengurangi dan tidak merusak, tidak merubah," ucapnya.
"Dan untuk alamnya di lokasi Kaliurang ini, yang pertama adalah Nawang Jagad. Satu lagi namanya Tangkaman," sambungnya.
Berkat bantuan inilah, kata Marrel juga menyatakan bahwa dua objek area wisata menjadi hidup.
"Berkat bantuan Ngarsa Dalem, area wisata Kaliurang ini menjadi hidup kembali. Kawasan di lereng merapi ini merupakan salah satu area wisata yang paling siap menampung para wisatawan dari luar dan akhirnya saat itu booming," kata Marrel.
Berbeda di wisata lainnya, di dua lokasi tersebut untuk pengelolanya adalah pemuda lokal sekitar. Karena itu, Marrel mengaku bangga ternyata para pemuda di DIY jika dibina dengan benar akhirnya bisa memberikan hasil yang baik bagi masa depan DIY.
ADVERTISEMENT
"Lahan ini dikelola sepenuhnya oleh pemuda lokal. Walaupun banyak salah-salahnya gitu (prosesnya) tapi ini contoh bahwa pemuda-pemuda DIY sangat bisa, sangat mungkin ketika dibina dengan benar dan dikomunikasikan dengan benar. Dan pada akhirnya bisa memberikan hasil tidak hanya untuk dirinya sendiri, tapi juga untuk lingkungan dan masyarakat sekitar," jelas Marrel.
Selain itu, menurut Marrel, dua objek wisata ini juga menjadi pemicu tumbuhnya wisata-wisata lain disekitarnya.
"Karena dari dua lokasi ini akhirnya menumbuhkan atau men-trigger adanya beberapa lokasi lain, yang bisa memberikan pengetahuan bahwa mengenai wisata tidak harus membangun bangunan permanen, dan tidak harus merusak benang alam. Justru wisata bisa bersahabat dengan alam," kata Marrel.
(Olive)