Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.99.1
4 Ramadhan 1446 HSelasa, 04 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten Media Partner
Izin Riset Melibatkan Peneliti Asing Dibatasi
31 Mei 2018 13:44 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
ADVERTISEMENT

Direktur Pengelolaan Kekayaan Intelektual Kemenristek Dikti Sadjuga saat memaparkan sosialisasi capaian riset di hadapan peneli UGM, Rabu (30/5/2018) petang. Foto : Arif Wahyudi/ kumparan.com/tugujogja
ADVERTISEMENT
Pemerintah melalui Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) memperketat pemberian izin penelitian yang melibatkan peneliti asing. Hal ini dilakukan agar Indonesia punya bargaining position dalam penelitian kolaborasi dengan mitra asing.
Direktur Pengelolaan Kekayaan Intelektual Kemenristek Dikti Sadjuga menyampaikan Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati. Bahkan menjadi negara dengan keanakragaman hayati laut terbesar di dunia dan terbesar ketiga dunia kenaekaragaman hayati tersetrial. Faktor inilah yang menurut dia perlu dikontrol dan dilindungi.
“Kekayaan alam kita ini sangat luar biasa banyaknya, kalau tidak dijaga semua akan keluar. Izin riset ini sebagai kontrol kekayaan alam Indonesia dan menjaga keamanan nasional,” ujar dia di UGM, Rabu (30/5/2018) petang.
Sadjuga mengatakan kegiatan penelitian yang melibatkan kerja sama antar negara dapat memberikan banyak keuntungan bagi para pihak yang bekerjasama. Bahkan di berbagai negara maju kolaborasi riset dengan mitra asing terus meningkat. Hanya saja, kondisi ini berbanding terbalik dengan yang terjadi di Tanah Air.
ADVERTISEMENT
Sejak tahun 2008, kata dia, kolaborasi riset Indonesia dengan peneliti asing cenderung mengalami penurunan yang signifikan. Padahal melalui kolaborasi riset ini tidak hanya mendorong jalananya penelitian lebih cepat, tetapi juga dapat meningkatan dampak penelitian salah satunya melalui sitasi.
Oleh sebab itu, menurut Sadjuga, Dikti membuat sejumlah program untuk meningkatkan kolaborasi riset antara peneliti Indonesia dengan peneliti asing, antara lain dengan mendorong pertukaran ilmiah, training, scholarship dan lainnya.
Dalam kesempatan itu Sadjuga turut memaparkan tentang capaian peningkatan publikasi Indoensia. Dari data Kemenristek Dikti per 6 April 2018 diketahui bahwa Indonesia telah berhasil menduduki posisi tertinggi publikasi di kawasan ASEAN. “Setelah 28 tahun, akhirnya kita bisa mengungguli Singapura dan menjadi nomor 2 publikasi terbanyak di ASEAN,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Demikian halnya dengan jurnal Indonesia yang terindek Scopus mengalami peningkatan. Tidak hanya di kawasan ASEAN, namun juga di negara OKI berhasil melampaui Mesir dan Pakistan. Menurutnya, jumlah publikasi peneliti Indonesia telah berhasil ditingkatkan. Namun demikian terdapat pekerjaan rumah yang besar untuk meningkatkan kuantitas publikasi. “Salah satu indikator kualitas publikasi ilmiah adalah sitasi. Sementara itu sitasi publikasi kita masih rendah,” tuturnya.
Dia berharap melalui kolaborasi penelitian yang melibatkan peneliti asing ini dapat mendongkrak sitasi publikasi jurnal Indonesia. Sebelumnya, Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P2M) UGM Dewi Ana mengatakan kontribusi peneliti Indonesia di forum ilmiah dunia masih rendah. Salah satunya dapat dilihat dalam publikasi internasional yang melibatkan peneliti asing dalam meneliti kekayaan alam Indonesia, peneliti Indonesia hanya ditempatkan terselip diantara author asing lainnya.
ADVERTISEMENT
“Dari beberapa publikasi yang ada, meskipun kita punya kekayaan alam, pengetahuan, dan biodiversitas yang besar, namun peneliti Indonesia cenderung tidak setara dengan peneliti asing,” paparnya.
Menurutnya, penelitian merupkan identitas suatu negara. Dari kegiatan tersebut kontribusi keilmuan dapat dilihat melaluistock of knowledge yang ada. Karenanya dalam melakukan penelitian harus dilakukan secara hati-hati sebab terkait dengan ketahanan nasional. Penelitian memanfaatkan sumber daya alam Indonesia dan pengiriman berbagai material ke luar negeri sehingga harus dilakukan upaya perlindungan untuk menjaga ketahanan Indonesia.
(arif wahyudi)