Kasus Bunuh Diri di Gunungkidul Tinggi, Satgas Berani Hidup Akan Dievaluasi

Konten Media Partner
28 Februari 2021 20:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Gantung diri. Foto: Pixabay.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Gantung diri. Foto: Pixabay.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kasus bunuh diri di wilayah Gunungkidul terus terjadi. Bahkan angka bunuh diri di wilayah kabupaten Gunungkidul masih yang tertinggi diantara kabupaten kota lain yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
ADVERTISEMENT
Padahal Gunungkidul telah memiliki Satgas berani hidup yang merupakan satuan tugas yang dibentuk oleh pemerintah untuk mengurangi dan menanggulangi angka bunuh diri di wilayah kabupaten Gunungkidul yang masih terus tinggi.
Kasubbag Humas Polres Gunungkidul Iptu Suryanto mengatakan Polres Gunungkidul mencatat sepanjang Januari hingga pertengahan Februari 2021 tercatat ada 6 kasus bunuh diri. Seluruhnya merupakan perempuan. 5 di antaranya merupakan lanjut usia (lansia), berumur antara 71 hingga 80 tahun.
"Hanya satu kasus yang umurnya 40 tahun. Namun semuanya dilakukan dengan cara gantung diri," katanya, Minggu (28/2/2021)
Menurut wilayahnya, Suryanto menyebut 6 kasus ini terjadi Kapanewon Saptosari, Purwosari, Tepus, Semin, Gedangsari, dan Tanjungsari. Di wilayah tersebut memang selama ini juga tergolong daerah rawan terjadi bunuh diri
ADVERTISEMENT
Sekretaris Daerah (Sekda) Gunungkidul Drajad Ruswandono mengatakan akan meminta pada bupati baru untuk mengevaluasi dari kinerja Satuan Tugas (Satgas) Berani Hidup Gunungkidul. Pasalnya, persoalan bunuh diri seakan jadi citra yang tak lepas dari kabupaten ini.
"Memang kinerja Satgas Berani Hidup Gunungkidul tidak optimal dan terkesan mandek. Karena saat ini Pemerintah Kabupaten (Pemkab) tengah berfokus pada penanganan COVID-19,"klaimnya.
Sebenarnya, lanjut Drajad, kasus bunuh diri di Gunungkidul menunjukkan tren penurunan sejak 2017. Namun ia sendiri mengaku kaget dengan banyaknya kasus bunuh diri di awal tahun 2021 ini. Ia masih belum mengetahui apakah hal tersebut ada kaitannya dengan Pandemi Covid19 yang berlarut.
Terpisah, Relawan Inti Mata Jiwa (IMAJI), Wage Daksinarga mengharapkan ada perhatian yang diberikan terhadap kasus bunuh diri. Sebab permasalahannya sudah sangat melebar di mana persoalan bunuh diri sudah sangat dekat sekali dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.
ADVERTISEMENT
Tak hanya melebar, persoalan tersebut juga sangat berlapis-lapis. Salah satunya stigma yang tak lepas dari pelaku dan penyintas bunuh diri, bahkan anggapan negatif terhadap kesehatan mental. Ia berharap bupati yang baru bisa mendorong masyarakat mampu mengedepankan kesehatan mental.
"Sebab akar dari kasus bunuh diri adalah faktor tersebut. Apalagi kesehatan mental bentuknya bermacam-macam," jelasnya.(erl)