Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten Media Partner
Kata Hanung Bramantyo soal Fenomena Disrupsi Teknologi
20 Desember 2022 20:26 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Dua sineas kenamaan di tanah air, Hanung Bramantyo dan Djenar Maesa Ayu angkat bicara dengan fenomena disrupsi teknologi terhadap dunia perfilman lokal. Keduanya yakin, industri sinema di tanah air akan semakin berkembang karena banyak pilihan para sineas untuk mempromosikan hasil karya mereka.
ADVERTISEMENT
Hanung mengatakan dengan semakin banyaknya alternatif pilihan Sineas untuk menampilkan karyanya maka dia optimis karya lokal akan berbicara. Meskipun sebenarnya fenomena platform tersebut sudah muncul sejak tahun 2000-an di mana banyak festival yang digelar.
"Nah di festival-festival ini yang mendaftar film pendek banyak sekali," kata dia, Selasa (20/12/2022).
Dia menambahkan, film pendek sekarang ini sudah bermunculan. Dan oase muncul di DIY yaitu pada saat pemerintah menggelontorkan Danais untuk mendukung perfilman. Dan jumlahnya memang cukup besar di mana per tahun ada anggaran Rp 1-2 miliar. Sementara Kemenparekraf mengeluarkan dana Rp 250 juta untuk film pendek.
Dan hebatnya Gubernur DIY, Sri Sultan HB X menandaskan pemerintah tidak akan mengkomersialisasikan film pendek yang mereka biayai melalui danais. Namun untuk urusan komersialisasi memang diserahkan sepenuhnya ke Provider masing-masing.
ADVERTISEMENT
"Hasil dari danais ini muncul sutradara baru yang berbicara," kata dia.
Sebenarnya, tambah Hanung, tanpa platform gerakan membuat film pendek sudah ada. Salah satu yang sudah ada adalah melalui kanal Youtube. Di mana banyak sineas yang awalnya tidak diperhitungkan justru meraup untung melalui kanal ini.
Kehadiran platform-platform baru seperti FlipFlop TV memang cukup bagus untuk mendukung industri perfilman mereka. Namun yang menjadi tantangan platform baru ini adalah konsistensi bagaimana kanal itu bisa dinamis bukan hanya warung konvensional
"Bisnis era sekarang membuat perubahan dan memiliki value dari viral engagement dengan konsumen. Contoh saja film Tilik dengan 27 juta viewers. Ini sebuah fenomena baru," kata dia
Sementara Djenar Maesa Ayu, sebetulnya pasar itu bisa dibentuk karena sudah ada wadah sebelum muncul platform. Di mana seniman atau konten kreator sudah memasarkan produk mereka. Di mana ketika bioskop tidak bisa mengakomodir maka mereka mencoba masuk ke pasar melalui festival film.
ADVERTISEMENT
"Kini sudah ada pergeseran di festival kebanyakan yang diputar di mana film yang idealis, independen, sementara di Bioskop film entertain. Tetapi sekarang tak sedikit film di festival yang sudah komersial dan bioskop juga menayangkan film independen,"tambahnya.
Founder dan juga Direktur Utama FlipFlop TV, Ricardo Tobing mengatakan, kehadiran platform yang ia bawa memang untuk menambah alternatif sineas tanah air dalam memperkenalkan karya mereka ke masyarakat. Mereka ingin platform ini menjadikan film lokal menjadi raja di tanah air sendiri.
"Kami ingin agar karya sineas lokal bisa jadi raja di tanah sendiri," tandasnya.