Konten Media Partner

Kata Kepala SD di Gunungkidul soal Kejadian Atap Ambruk dan Tewaskan Siswanya

13 November 2022 11:47 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Garis polisi yang terpasang di SD Muhammadiyah di Gunungkidul yang atapnya ambruk hingga tewaskan seorang siswa. Foto: erfanto/Tugu Jogja
zoom-in-whitePerbesar
Garis polisi yang terpasang di SD Muhammadiyah di Gunungkidul yang atapnya ambruk hingga tewaskan seorang siswa. Foto: erfanto/Tugu Jogja
ADVERTISEMENT
Atap bangunan lantai 2 SD Muhammadiyah Bogor Playen Gunungkidul ambruk. Dua pemborong pembangunan SD tersebut sudah diterapkan menjadi tersangka karena telah mengganti bahan rangka atap bangunan dari kayu dengan baja ringan yang kualitasnya tidak standar.
ADVERTISEMENT
Kepala Sekolah Indah Suryani mengaku pembangunan tersebut atas inisiasi Komite Sekolah mendasari kebutuhan sekolah tersebut yang kekurangan ruang kelas. Ia mengakui jika dari awal SD itu berdiri, dirinya sudah menjadi kepala sekolah.
Hanya saja untuk bagian sarana prasarana itu bukan ranahnya. Dia hanya bertugas melaporkan kebutuhan sekolah dan Komitelah yang membuat program untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dan komite sekolah dalam pembangunan tersebut membentuk kepanitiaan.
"Kalau dibilang tidak tahu saya ya tahu pembangunan itu. Tetapi tidak mengetahui secara detil. Bahan, desain bagaimana, sudah ada panitia yang mengaturny," terang dia, Minggu (13/11/2022)
Indah mengungkapkan bangunan tersebut selesai bulan September 2021 dan diresmikan Bupati Gunungkidul di tanggal 18 Desember 2021. Secara keseluruhan umum kondisi bangunan tersebut cukup bagus jika dilihat dari luar.
ADVERTISEMENT
Selama ini memang tidak ada yang mencurigakan karena sering mereka gunakan untuk kegiatan bahkan malam hari juga sering digunakan. Namun ia sendiri tidak mengetahui secara pasti kondisi atap bangunan tersebut karena tertutup oleh plafon.
"Saya itu merasa semuanya baik-baik saja. Hanya saja pagi sebelum kejadian ada siswa yang mendengar suara mencurigakan.Ada siswa yang dengar sesuatu bunyi krek-krek. Karena anak-anak ya terus dikira tikus. Anak itu lapor ke saya setelah kejadian,"kata dia.
Dan terkait dengan rangka atap dia sendiri tidak mengetahui mengapa menggunakan baja ringan dan genteng press. karena dia tahu tiba-tiba saja sudah terpasang baja ringan. Dia beranggapan mungkin itu yang diinginkan oleh panitia pembangunan.
Diapun juga tidak pernah tahu bagaimana desain awal bangunan tersebut, karena bukan tanahnya. Meskipun sejatinya anggaran yang digunakan untuk membangun adalah dari sekolah senilai Rp 600 juta.
ADVERTISEMENT
Diapun menyesalkan pengerjaan dari para pemborong yang memang menyebabkan peristiwa tersebut. Karena sejatinya sekolah hanya menginginkan bangunan yang baik dan aman bagi anak-anak namun ternyata dikerjakan dengan asal-asalan.
"saya itu nggih heran ya itu sama sing nggawe, kontraktornya. kok iso koyo ngono. saya golek duit wae rekoso malah koyo ngene,"keluhnya