Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten Media Partner
Kebanyakan konsumsi Mi Instan, 70 Anak Suku Asmat Meninggal
2 Februari 2018 16:16 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB

ADVERTISEMENT
YOGYAKARTA - Terjawab sudah penyebab kematian 70 anak Suku Asmat, Papua yang meninggal akibat kurang gizi hingga saat ini. Cara hidup yang tidak sehat karena terlalu banyak mengonsumsi makanan tidak sehat seperti mi instan, anak-anak di suku tersebut jadi malnutrisi.
ADVERTISEMENT
"Anak-anak Asmat yang meninggal bukan karena tidak ada makanan di sana. Tapi karena kekayaan sumber alam mereka tukar dengan mi instan dan dikonsumsi tiap hari," ungkap Kepala Cabang Aksi Cepat Tanggap (ACT) DIY, Agus Budi Haryadi disela persiapan pengiriman Kapal Kemanusiaan yang membawa 100 ton beras ke Papua, Jumat (02/02/2018).
Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, hingga 31 Januari 2018, wabah campak dan gizi buruk sudah pada tahap sangat mengkhawatirkan. Sementara dari hasil investigasi ACT, kualitas gizi masyarakat Suku Asmat dalam kategori buruk. Malnutrisi yang terjadi memicu beberapa penyakit yang jadi wabah seperti campak dan tuberkulosis (TBC).
Karena itulah, selain mengirim bantuan pangan seperti beras, biskuit bayi, susu cair, vitamin, air mineral, serta pakaian bayi dan dewasa, lembaga kemanusiaan itu juga akan mengirim 100 tim medis, ahli gizi, dan relawan pada Minggu (04/02/2018). Selama sebulan, tim akan membantu warga sekitar untuk kembali sehat dan lepas dari persoalan gizi buruk serta wabah campak.
ADVERTISEMENT
Selain itu, tim akan melakukan edukasi ke masyarakat di Distrik Agats untuk hidup sehat. Sebab, rendahnya tingkat pendidikan di suku tersebut membuat mereka tidak mengetahui pola hidup sehat.
"Ini adalah tugas civil society untuk ikut berperan dalam mengatasi masalah kemanusiaan. Kalau pemerintah sudah mengirim dua puluh ribu ton beras, kita bantu pemerintah dengan bantuan kapal kemanusiaan ini," jelasnya.

Sementara itu, Ketua Ikatan Dakwah Indonesia (IKADI) DIY, Abdulah Surono mengungkapkan, terjadinya masalah kemanusiaan ini tidak perlu dicari kesalahan siapa. Faktor rendahnya tingkat pendidikanlah yang memicu persoalan di Suku Asmat.
"Campak karena anak-anak tidak diimunisasi, gizi buruk karena pola makan yang tidak sehat. Karenanya kita semua perlu mendukung program kapal kemanusiaan ini," tandasnya.
ADVERTISEMENT
Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) DIY, Prof Muhammad MAg mengungkapkan dana masjid di berbagai masjid di DIY pada saat ini sudah mencapai Rp 296 Miliar. Karena itu pihaknya mengimbau pengurus masjid untuk menyisihkan dana bagi Asmat, Rohingya dan Palestina lewat infaq tiap Jumat.
"Tidak peduli agamanya apa kalau perlu dibantu ya harus dibantu. Ini sebagai realisasi wujud perdamaian dan keadilan dunia," imbuhnya. (ves)