Konten Media Partner

Kemendes PDTT: Separuh Lebih BUMDes di Indonesia Mati Suri

29 Juli 2018 16:39 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Separuh lebih Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di Indonesia mati suri. Minimnya kemampuan pengelola serta lemahnya pembinaan dari aparatur desa mengakibatkan BUMDes di tanah air yang tidak berjalan sebagaimana mestinya bahkan tak sedikit yang gulung tikar.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia jumlah BUMDes mencapai 39.149 buah yang tersebar di tanah air. Sebagian besar BUMDes masih berada di Pulau Jawa dan Sumatera. Kementrian Desa Pembangunan Desa Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) menyebut beberapa di antaranya yang benar-benar hidup namun banyak yang mati suri.
Kabiro Humas dan Kerjasama Kementrian Desa PDTT, Bonivasius Prasetya Ictianto mengakui jika masih banyak BUMDes yang mati suri, sebagian besar berada di luar pulau Jawa dan Sumatera. Penyebab utama dari mati surinya BUMDes di Indonesia adalah karena ketidaktahuan pengelolaannya. Oleh karena itu, Kemendes PDTT melihat perlu ada peningkatan kapasitas pengelola dan juga aparatur desa.
"Makanya kami akan menerbitkan modul pelatihan aplikatif bukan sekedar teori,"ujarnya saat meresmikan Festival Desa Dlingo, Minggu (30/7). Bekerjasama 12 universitas di Indonesia, salah satunya Universitas Gajah Mada, Kemendes PDTT membentuk Akademi Desa. Bertempat di Balai Pemberdayaan, Akademi Desa ini akan berupaya menjadi senjata Kemendes PDTT membentuk pamong desa yang lebih berkarakter membangun. Selain itu, Kemendes PDTT juga menggelar berbagai festival desa. seperti yang dilakukan hari Minggu (30/7) ini, Kemendes PDTT menggelar Festival Desa Dlingo atau Dlingo Fest. Acara ini dilaksanakan di Desa Dlingo, Kecamatan Dlingo, Bantul, Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Festival Desa Dlingo merupakan salah satu dari rangkaian kegiatan di sejunlah desa di Indonesia yang dinilai baik dalam pemanfaatan dana desa. Tujuan event ini adalah untuk memberikan motivasi masyarakat agar peduli dan berperan aktif termasuk di sosial media dalam hal pengawasan serta pemanfaatan dana desa. "Sejauh ini, kehadiran dana desa di Dlingo telah dimanfaatkan untuk pembangunan infrastruktur dan peningkatan perekonomian masyarakat,"paparnya. Keberadaan badan usaha milik desa (BUMDes) di Dlingo dinilai telah bermanfaat bagi masyarakat setempat yakni dengan hadirnya sejumlah unit usaha. Di antaranya adalah kehadiran DesaMart dan yang paling terbaru yang diresmikan saat berlangsungnya Festival Desa Dlingo yakni unit usaha kuliner restoran desa Resto Bale Ketebu. Dalam Festival Desa Dlingo kali ini akan dimeriahkan dengan berbagai atraksi budaya, bazaar dan kegiatan explore potensi desa. Selain itu dilaksanakan juga workshop tentang pengembangan BUMDes dan Pemanfaatan Sosial Media untuk mengawal serta mempromosikan hasil pemanfaatan Dana Desa. Tahun 2018, pemerintah menganggarkan dana desa sebesar 60 triliun rupiah. Jumlah desa yang menerima dana desa mencapai 74.910. Sampai 2017 lalu, lewat program dana desa telah direalisasikan jalan desa 123.848 km, jembatan 791.258 km, pasar desa 6.576 unit dan BUMDes 26.750 unit kegiatan serta masih banyak lagi pencapaian di berbagai sektor pembangunan. Pegiat BUMDes yang juga mantan Lurah Desa Dlingo, Bahrun Wardoyo mengatakan, BUMDes merupakan salah satu alat untuk membangun kedaulatan ekonomi di Desa. Selama ini, banyak pengangguran terjadi di pedesaan karena memang di desa tidak banyak lapangan pekerjaan. Melalui peningkatan peran BUMDes maka sebenarnya banyak lapangan pekerjaan bisa tercipta. "Jangan malu menjadi orang desa. Karena sekarang tren telah kembali ke desa. Coba lihat jika di hotel, orang harus membayar mahal untuk menikmati suasana desa,"tambahnya. Pengangguran meningkat sehingga pemuda pergi ke luar daerah untuk bekerja karena tidak ada lapangan kerja. (erl)
ADVERTISEMENT