Keraton Jogja Edukasi Filosofi Motif Batik untuk Generasi Muda Lewat Pameran

Konten Media Partner
29 Oktober 2022 8:54 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aneka motif batik yang dipamerkan di Pameran Batik Keraton Yogyakarta dan Pakualaman. Foto: Len/Tugu Jogja
zoom-in-whitePerbesar
Aneka motif batik yang dipamerkan di Pameran Batik Keraton Yogyakarta dan Pakualaman. Foto: Len/Tugu Jogja
ADVERTISEMENT
Batik merupakan salah satu kebanggaan budaya Indonesia. Kebanggaan ini semakin meningkat setelah UNESCO menetapkan batik sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan budaya takbenda atau Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity, sejak 2009 silam.
ADVERTISEMENT
Namun siapa sangka, motif batik yang sangat beragam ini ternyata tidak bisa dipakai oleh sembarangan orang saat berada di Keraton Yogyakarta. Motik batik larangan dipercaya dapat memancarkan aura sesuai dengan makna yang terkandung.
Tak banyak masyarakat yang mengetahui hal tersebut, apalagi generasi muda. Permaisuri Kadipaten Pakualaman Kanjeng Gusti Bendoro Raden Ayu Adipati (KGBRAy) Paku Alam X, mengatakan penting untuk adanya edukasi tentang filosofi di balik motif batik larangan tersebut.
"Kita tidak bisa memungkiri lagi bahwa kehidupan kita dari lahir sampai meninggal itu ada batiknya. Tidak hanya kenal dengan tiktok saja tapi juga tau batik dan makna makna filosofi yang terkandung di dalamnya," kata KGBRAy Paku Alam X, Sabtu (29/10/2022).
Mengusung tema Adiwastra Narawita, pameran batik Keraton Yogyakarta dan Pakualaman kembali digelar di Dome Area Gedung Oval Taman Pintar. Sebanyak 27 koleksi kain batik akan ditampilkan dalam gelaran ini.
ADVERTISEMENT
KGBRAy Paku Alam X mengatakan tak mudah untuk batik mendapat pengakuan dari dunia lantaran ada 7 kriteria yang harus di penuhi antara lain nilai historis, nilai original, nilai pelestarian, nilai ekonomi, nilai ramah lingkungan, nilai internasional dan nilai keberlanjutan.
Oleh karena itu, sudah seharusnya masyarakat hingga generasi muda untuk dapat mencintai batik dengan lebih mengenal filosofi dan makna di setiap motifnya.
"Monggo kita sama sama mengenal batik," ujarnya.
Penghageng Kawedanan Nityabudaya Keraton Jogjakarta GKR Bendara turut menjelaskan batik yang akan ditampilkan dalam pameran yang digelar mulai hari ini hingga 3 November 2022 mendatang itu
Pihaknya menampilkan beberapa batik larangan atau batik Awisan Dalem. Untuk penggunaan motif-motif batik ini biasanya terikat dengan aturan-aturan tertentu di Keraton Yogjakarta.
ADVERTISEMENT
“Yang sudah familiar adalah batik Parang. Ini hadir di sini modifikasi dari motif parang tersebut. Ada penjelasannya yang besar atau yang kecil (motifnya) itu dipakai oleh siapa,” kata GKR Bendara saat ditemui Tim Tugu Jogja.
GKR Bendara pun berharap, para pengunjung pameran nantinya dapat mengenal, memahami, menghargai hingga mencintai budayanya yang telah ada secara turun temurun, dalam rupa kain batik.
Bahkan menurutnya, kecintaan masyarakat terhadap batik perlu ditingkatkan lagi.
"Harapannya (pameran batik) menjadi edukasi dan informasi bagi masyarakat untuk lebih mengenal motif batik larangan yang ada di dalam keraton. Yang mana tidak diperoleh dipergunakan oleh masyarakat umum saat upacara adat di Keraton Yogyakarta maupun saat berwisata di Keraton Yogyakarta ," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Sebagai informasi, pameran batik ini merupakan gelaran ketiga setelah terakhir diadakan pada 2019.
Pameran batik yang bertajuk Adiwastra Narawita atau 'Kain Indah Sang Raja' siap menampilkan koleksi batik Keraton Jogja yakni batik Awisan Ndalem atau batik Larangan. (Maria Wulan)