Konten Media Partner

Ketum PP Muhammadiyah Berharap Tak Ada Perpecahan Politik Jelang Pemilu 2024

29 Desember 2022 15:59 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Umum Pimpinan Pusat (Ketum PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir. Foto: erfanto/Tugu Jogja
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Umum Pimpinan Pusat (Ketum PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir. Foto: erfanto/Tugu Jogja
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2024 mendatang, masyarakat Indonesia akan menyelenggarakan pemilu. Meski pemilu masih berlangsung sekitar 1,5 tahun lagi, namun gerak-gerik politik mulai terasa.
ADVERTISEMENT
Jelang tahun 2023, Ketua Umum Pimpinan Pusat (Ketum PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir mengatakan semua elemen bangsa harus menutup buku pembelahan politik secara ideologis.
Haedar meminta agar semua pihak di Indonesia dapat berkomitmen saat menyampaikan narasi dan energi positif dalam setiap gerak kehidupan bangsa termasuk di masa kampanye nantinya.
"Siapa pun entah itu calon presiden, calon wakil presiden, DPR, DPRD, punya hak untuk berinteraksi, berafiliasi, berkoneksi dengan berbagai komponen bangsa," kata Haedar Nashir, Kamis (29/12/2022).
Penutupan buku terhadap pembelahan politik itu bukan tanpa alasan, namun Haedar berkaca dari pengalaman pemilu sebelumnya.
Haedar mengatakan jangan sampai kontestasi pemilu 2024 yang diusung oleh partai politik justru membuat bangsa Indonesia terpecah belah.
Elit bangsa diajak untuk memproduksi narasi dan relasi yang menciptakan bahwa 2023-2024 dalam dinamika politik tetap bersatu dan ada toleran dalam perbedaan politik.
ADVERTISEMENT
"Segala macam atribut itu, identitas itu, tidak boleh menghalangi kita berbangsa dan bernegara, apalagi (untuk) mengurus negara ini secara baik," ujar Haedar.
Nilai luhur Indonesia berbasis Pancasila, Agama dan Kebudayaan Bangsa harus terus dikedepankan. Haedar menyebut nilai-nilai tersebut penting karena mengajarkan masyarakat untuk bisa damai dan saling menghargai dalam kegiatan apa pun yang dijalani masyarakat.
"Kami mengajak semua elemen bangsa bergandengan tangan membangun bangsa, meletakkan kepentingan bangsa tanpa retorika di atas kepentingan pribadi, golongan,” pungkasnya.