Kisah Heroik di Balik Motif Batik Nitik Khas Yogyakarta

Konten Media Partner
5 Desember 2020 16:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Motif batik nitik khas Yogyakarta. Foto: Reni Ayuningtyas Widiastuti/Tugu Jogja.
zoom-in-whitePerbesar
Motif batik nitik khas Yogyakarta. Foto: Reni Ayuningtyas Widiastuti/Tugu Jogja.
ADVERTISEMENT
Batik Tulis Nitik Yogyakarta sebagai batik khas Yogyakarta menjadi salah satu motif batik tertua di lingkungan Keraton Yogyakarta. Melalui sejarahnya, ternyata batik nitik merupakan bentuk perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajahan Belanda.
ADVERTISEMENT
Batik nitik sendiri merupakan batik dengan motif yang tersusun dari ribuan titik-titik yang berasal dari Kembangsongo, Bantul, Yogyakarta dan merupakan adaptasi dari anyaman kain tenun Patola India (kain Cinde). Batik Tulis Nitik Yogyakarta sendiri menjadi satu-satunya motif batik tulis yang telah memiliki Hak Kekayaan Intelektual (HKI) sebagai indikasi georgrafis Yogyakarta, karena keunikannya yang terletak pada kisah sejarahnya.

Sejarah lahirnya batik nitik

Dikutip dari laman resmi Warisan Budaya Kemendikbud, didapatkan informasi bahwa awal mula batik nitik muncul akibat dari penjualan kain tenun Patola India yang dimonopoli oleh Belanda pada tahun 1600-an, sehingga harga jual dari kain tersebut berlipat-lipat ganda yang mengakibatkan penjualan kain Patola menurun di tahun 1700-an.
Dari masalah tersebut, kemudian perempuan Jawa menginisasi untuk membuat kain batik dengan motif Patola sebagai ganti dari kain Patola. Dari situlah kemudian lahir batik nitik, yang namanya berasal dari bahasa Jawa 'nitik' yang artinya titik, yang cukup dekat pula dengan istilah 'batik' yang menurut para ahli berasal dari istilah Jawa 'ngembat titik' atau membuat titik.
ADVERTISEMENT
Masyarakat pada saat itu pun lebih memilih untuk membeli kain batik ketimbang kain impor karena harganya yang jauh lebih murah.
Informasi selengkapnya klik di sini.

Batik nitik sebagai 'siasat' perlawanan terhadap Belanda

Kondisi itu lah yang kemudian menjadi cikal bakal kain batik yang sukses berkembang di kalangan pribumi kala itu, dari Jawa hingga Sumatera, sehingga masyarakat pun perlahan-lahan mulai meninggalkan kain impor dari India. Batik nitik ini lah yang kemudian menjadi 'siasat' untuk menggulingkan pemerintahan Belanda pada kain di Nusantara, dan memutus ketergantungan terhadap kain impor.
Batik nitik memiliki 79 motif, dengan 5 motif yang merupakan motif dasar batik nitik. Motif dasar batik nitik di antaranya adalah nitik, nitik dan cecek, nitik dan klowong, nitik-cecek-klowong, nitik-klowong-tembokan.
ADVERTISEMENT
Sedangkan, beberapa motif klasik batik nitik yang menjadi ciri khas dari Kembangsongo, Bantul sendiri adalah motif kembang waru, motif nogo sari, motif srengenge, dan motif kembang dangah.
Pada kepemimpinan Sri Sultan HB VII pula, kain batik nitik ini dipesan langsung oleh Keraton untuk menjadi salah satu kain batik yang dikenakan di lingkungan Keraton Yogyakarta. Dari situ lah kemudian batik nitik semakin dikenal oleh masyarakat luas bahkan hingga sekarang. (Reni Ayuningtyas Widiastuti)