IMG-20210528-WA0004.jpg

Kisah Pemuda Atasi Kekeringan Lewat Komunitas Pelestari Mata Air di Gunungkidul

29 Mei 2021 8:18 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Komunitas Pelestari Mata Air di Gunungkidul yang digagas oleh Syaida Daru Widiyanto. Foto: istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Komunitas Pelestari Mata Air di Gunungkidul yang digagas oleh Syaida Daru Widiyanto. Foto: istimewa
ADVERTISEMENT
Gunungkidul, menjadi salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang sebagian wilayahnya mengalami kekeringan saat kemarau tiba. Kontur pegunungan batuan kapur putih mendominasi wilayah ini. Bukit bukit gersang nampak menonjol ketika kemarau datang.
ADVERTISEMENT
Sebagian wilayah di Gunungkidul bahkan masih sangat bergantung dengan pasokan air bersih melalui droping menggunakan mobil tanki. Sebab, mata air mata air banyak yang menghilang di musim kemarau. Sumber mata air semakin menyusut bahkan hilang ketika kemarau memuncak.
Tak hanya itu, eksplorasi melalui pembangunan sumur bur pun dilaksanakan baik oleh pemerintah, lembaga swasta ataupun secara pribadi. Mereka menghunjamkan mata bur sedalam puluhan hingga ratusan meter ke dalam bumi untuk dapat mengangkat air dari dalam perut bumi.
Eksplorasi besar besaran melalui sumur bur tersebut terkadang mengesampingkan upaya pelestarian sumber air. Penghijauan kembali lahan di sekitar sumber air tak jarang dikesampingkan sehingga banyak pohon pohon penyimpan air yang dibumihanguskan untuk kepentingan komersial.
ADVERTISEMENT
Pohon yang masuk dalam kasta sebagai penyimpan air atau resan seperti pohon beringin banyak yang hilang ditebang. Alasan tidak ada nilai ekonomi berkelanjutan menjadi senjata agar pohon beringin ditebang. Padahal pohon yang dikenal sebagai resan ini memiliki peran sangat penting untuk menyimpan air di dalam tanah.
Tak hanya itu, akibat banyak sumur bor yang sudah difungsikan, kini banyak sumber mata air alami yang ditinggalkan. Sedang kecil ataupun bangunan sumur alami yang biasanya banyak terdapat di bawah resan juga ditinggalkan. Perlahan lahan sumber mata air tersebut tertutup lumpur dan juga sampah sehingga kemudian hilang.
Hal itulah yang mengundang Syaida Daru Widiyanto dan kawan kawan, warga Padukuhan Sumberejo RT 25 Kalurahan Ngawu Kapanewonan Playen Gunungkidul bertekad untuk berjuang keras mengembalikan keberadaan semua mata air yang telah hilang akibat eksplorasi melalui sumur bur ataupun hilang karena ditinggalkan oleh masyarakat.
adv
Mereka kemudian membentuk komunitas pelesatari mata air atau yang sering disebut Komunitas Resan Gunungkidul. Komunitas ini setiap minggu selalu melakukan kegiatan penanaman pohon resan di berbagai tempat, terutama di seputaran sumber mata air.
ADVERTISEMENT
"Kami tergerak untuk andil dalam konservasi sumber air, permasalahan yang ada banyak sumber air tetapi kering dan ada yang ditinggalkan masyarakat," ujar lelaki yang lahir pada tanggal 19 Juni 1989 ini, Kamis (27/5/2021)
Keinginan mereka cukup sederhana, yaitu dengan komunitas mereka akan bergerak untuk menanam resan di berbagai tempat. Diharapkan dengan adanya resan itu, maka sumber air yang ada dapat dikembalikan dan dapat dimanfatkan oleh masyarakat dalam pemenuhan air bersih sehingga tidak ada lagi berita kekeringan di Gunungkidul.
Menurut dia pohon beringin atau yang lebih dikenal dengan resan oleh masyarakat, memiliki fungsi sebagai penjaga mata air. Di Gunungkidul, pohon semacam ini memang masih ada akan tetapi banyak yang ditebang terlebih yang berada di sumber.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, sumber air yang seharusnya dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan air justru tidak bermanfaat. Komunitas resan sendiri terdiri dari komunitas lain yang bergabung dalam satu wadah kepedulian sosial. Beberapa waktu lalu, mereka sempat menelusuri wilayah Gunungkidul untuk mengecek sumber air.
"Kami sudah memetakan mata air mana saja yang hilang ataupun masih ada tetapi ditinggalkan," tambahnya.
Menurut dia pohon beringin atau yang lebih dikenal dengan resan oleh masyarakat memiliki fungsi sebagai penjaga mata air. Di Gunungkidul, pohon semacam ini memang masih ada akan tetapi banyak yang ditebang terlebih yang berada di sumber.
Dengan demikian, sumber air yang seharusnya dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan air justru tidak bermanfaat. Komunitas resan sendiri terdiri dari komunitas lain yang bergabung dalam satu wadah kepedulian sosial. Beberapa waktu lalu, mereka sempat menelusuri wilayah Gunungkidul untuk mengecek sumber air.
ADVERTISEMENT
“Kalau dari pengamatan dan survei yang kami lakukan, sumber air justru banyak yang tidak terawat, padahal airnya ada yang melimpah. Untuk program semacam ini, saya terinspirasi dari salah seorang warga Wonogiri yang berhasil melakukan konservasi air,” tambahnya.
Mereka kini berusaha mendirikan Kawasan Bibit Resan (KBR). Di mana di KBR tersebut terdapat puluhan batang pohon beringin yang beberapa bulan lagi akan ditanam menggunakan polybag dan ada juga yang sudah dipindah. Ia juga memiliki keinginan ada pihak lain yang bekerjasama dengan komunitas ini untuk ikut dalam konservasi air di Gunungkidul.
“Menumbuhkan kepedulian banyak orang itulah yang sulit. Karena upaya seperti ini perlu adanya dukungan dan kesadaran bersama,”papar pria yang juga sebagai Pamong Kalurahan Ngawu tersebut.
adv
Selain itu, ada komunitas yang mengembangkan dengan tanaman buah, seperti di Kalurahan Getas, Kapanewon Playen. Pengembangan kebun buah dan pohon penampung air, dengan begitu ada beberapa keuntungan yang dirasakan.
ADVERTISEMENT
Di musim penghujan kemarin, mereka telah berhasil menanam setidaknya 4.000 bibit resan di seluruh Gunungkidul. Melalui bantuan pihak ketika untuk pengadaan bibit resan, mereka mencoba mengembalikan mata air yang telah hilang atau ditinggalkan masyarakat.
"Kami menargetkan sebanyak banyaknya menanam pohon resan. Tetapi musuh kami itu banyak, ada warga masyarakat itu sendiri namun ada juga pecinta bonsai,"terangnya.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten