Konten Media Partner

Kolaborasi Dosen dan Mahasiswa ISI di Teater Musikal, Ingatkan Dampak Ketamakan

29 September 2024 18:01 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Teater musikal Lakon Trilogi Dwipantara berjudul Mahespati Sangkara yang digelar ISI Jogja. Foto: Len/Tugu Jogja
zoom-in-whitePerbesar
Teater musikal Lakon Trilogi Dwipantara berjudul Mahespati Sangkara yang digelar ISI Jogja. Foto: Len/Tugu Jogja
ADVERTISEMENT
Seni bisa menjadi salah satu media untuk memberikan pesan peringatan pada banyak orang. Mahasiswa dan dosen ISI Yogyakarta menggunakan media teater musikal untuk mengingatkan tentang bahaya kerusakan negara akibat dari ketamakan bangsanya sendiri.
ADVERTISEMENT
Teater musikal itu adalah Lakon Trilogi Dwipantara berjudul Mahespati Sangkara. Teater itu dikemas dengan mengintegrasikan visual interaktif, memadukan tampilan LED juga seni panggung, dengan interaksi aktor serta animasi guna menciptakan pertunjukan yang imersif dan inovatif.
Pimpinan Produksi Setya Rahdiyatmi menjelaskan, lakon Trilogi Dwipantara merupakan metafora permasalahan bangsa Indonesia saat ini. Pada lakon pertama yang bertajuk Niskala Nawasena, digambarkan Raja Adhikara yang menjaga amanat kemerdekaan dari berbagai ancaman dengan sosok antagonis tokoh Ahengkara.
“Niskala sang generasi emas, anak muda pewaris bangsa memimpin perlawanan dengan tekad merebut kembali kemerdekaan yang hakiki," jelasnya disampaikan dalam rilis, Minggu (29/9/2024).
Kemudian pada lakon kedua yang berjudul Ambarasta merupakan metafora untuk bela negara kepada generasi emas Indonesia. Niskala menjadi gambaran bumi Indonesia yang menawan di mata seluruh negara dan selalu menjadi perhatian dunia global.
ADVERTISEMENT
Ambarasta mencoba untuk menumbuhkan cinta tanah air dan menanamkan semangat bela negara pada generasi muda Indonesia yang jadi langkah nyata untuk kepastian kehidupan generasi kita di masa mendatang.
Sementara pada lakon terakhir ini yakni Mahespati Sangkara mengisahkan perjuangan seorang pemuda bernama Aruta yang mengajarkan pentingnya memperjuangkan hak kemerdekaan dari segala bentuk penjajahan di mata dunia.
Pertunjukan ini seperti memberi pesan sebagai kesatuan negara yang besar sudah semestinya selalu dijaga dari ancaman dan gangguan dari pihak luar. Ancaman akan selalu datang bila lalai dan tidak bermawas diri.
“Kami mengemas semuanya dengan mengintegrasikan visual interaktif, memadukan tampilan LED dan seni panggung, serta interaksi aktor dengan animasi guna menciptakan pertunjukan yang imersif dan inovatif,” ucapnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Dekan FSP ISI Jogja Nyoman Cau Arsana menyebut, lewat pentas itu pihaknya ingin membuktikan bahwa fakultas tersebut berkomitmen sebagai lembaga seni yang kompeten.
"Karya ini untuk memperkuat domain akademik agar menyentuh ruang kreativitas karya seni," ucapnya.
Rektor ISI Jogja Profesor Irwandi menyatakan, pentas ini jadi bukti sebuah proses kesenian dimana seniman menuangkan ide dan karyanya.
"Saya mengapresiasi seluruh jajaran FSP ISI Jogja, semoga pentas ini jadi momentum baik untuk menyuarakan seni kepada masyarakat Indonesia dan dunia sebagaimana cita-cita kita agar ISI jadi world class university," katanya. (Len)