Konten Media Partner

Komite SMA N 1 Semin Gunungkidul Ubah Pungutan Jadi Sumbangan Sukarela

19 Oktober 2022 10:40 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
SMA N 1 Semin, Gunungkidul. Foto: Erfanto/Tugu Jogja
zoom-in-whitePerbesar
SMA N 1 Semin, Gunungkidul. Foto: Erfanto/Tugu Jogja
ADVERTISEMENT
Usai mendapat sorotan banyak pihak berharap dengan dugaan pungutan liar yang dilakukan oleh SMA N 1 Semin Gunungkidul, akhirnya Komite Sekolah SMA tersebut menganulir angka pasti yang harus dibayarkan serta batas waktu yang dilakukan.
ADVERTISEMENT
Ketua 2 komite SMAN 1 Semin, Sukamso mengakui jika polemik yang terjadi kemarin karena kesalahpahaman antara komite dan orang tua wali murid. Oleh karenanya, Komite SMA N 1 Semin juga meminta maaf kepada semua pihak.
"Ini terjadi karena kesalahpahaman antara kami dengan wali murid," tutur dia, Rabu (19/10/2022).
Kesalahpahaman tersebut terjadi karena komite sekolah tidak memberikan kesempatan tanya jawab dalam pertemuan antara komite dengan wali murid yang difasilitasi oleh pihak sekolah. Sehingga komunikasi yang terjadi hanya satu arah.
Dan karena tidak ada tanya jawab itu maka terkesan adanya pungutan tersebut. Saat itu komite menganggap wali murid sudah paham dan sepakat dengan apa yang mereka sampaikan sehingga keputusan bisa diambil.
"Jadi komunikasinya memang hanya satu arah. Tidak ada tanya jawab saat itu," kata dia.
ADVERTISEMENT
Usai mendapat protes dari beberapa pihak terutama wali murid, koordinasi akhirnya kembali dilaksanakan. Rapat antara komite dengan walimurid. Dalam pertemuan tersebut akhirnya disimpulkan jika iuran untuk sekolah yang awalnya ditentukan nominalnya dirubah menjadi iuran sukarela alias sumbangan.
Pihaknya juga tidak memberikan tenggat waktu pembayaran dan tidak ada batas maksimal atau minimal iuran yang akan dibayarkan. Semuanya diserahkan ke walimurid sesuai kemampuan dan kerelaan mereka membayar iuran.
"Kemarin ada yang mengusulkan sukarela. Akhirnya kami merubahnya menjadi sukarela," ujar dia.
Terkait munculnya anggaran Rp 800 juta yang harus dikeluarkan untuk membiayai program sekolah selama setahun, dia mengklaim angka tersebut baru rancangan. Karena dianggap kontroversi maka pihaknya mengembalikan ke wali murid terkait program yang akan dilaksanakan.
ADVERTISEMENT
Ke depan kemungkinan besar akan banyak penyesuaian yang harus mereka lakukan. Hal tersebut juga menyesuaikan penganggaran yang digunakan untuk membiayai program tersebut. Dan ia yakin nantinya akan banyak wali murid yang memahaminya.
"Kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk menjalankan program program yang ada dengan mencoba untuk mengandeng para alumni alumni sekolah yang ada," terang dia.