Kreasi Kain Tradisional lewat Sustainable Fashion

Konten Media Partner
21 November 2019 20:04 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Hendri Budiman (Berdiri) sedang menjelaskan tentang sustainable fashion. Foto: ayu
zoom-in-whitePerbesar
Hendri Budiman (Berdiri) sedang menjelaskan tentang sustainable fashion. Foto: ayu
ADVERTISEMENT
Tren Sustainable Fashion mulai populer di dunia mode. Sustainable fashion merupakan konsep yang mempraktikan mode beretika, sebuah perilaku yang bertanggung jawab atas perlindungan kemanusiaan dan lingkungan saat memproduksi sebuah produk mode.
ADVERTISEMENT
Desainer Henri Budiman menjelaskan tentang konsep dari koleksinya yang berjudul The Journey. Ia menjelaskan bahwa ia tertarik dengan Tenun Sumba karena anaknya membawakan oleh-oleh berupa kain Tenun Sumba sepulang dari liburan di Sumba.
"Saya dapat oleh-oleh berupa kain Tenun Sumba dari anak saya sehabis liburan di sana. Dari situlah saya masih belum berpikir untuk membuat pakaian dari kain tenun Sumba karena ada beberapa yang saya gunting dan ada beberapa yang saya lilit saja," kata Hendri kepada media di Press Conference Jogja Fashion Week Hari Kedua di Atrium Utama Hartono Mall Yogyakarta, Kamis (21/11).
Jogja Fashion Week 2019 di Hartono Mall Yogyakarta, Kamis (21/11/2019). Foto: len
Hendri sempat bingung dengan kain tenun Sumba akan dibuat seperti apa. Lalu ia mulai berpikiran untuk menggabungkan batik tulis Lawasan dengan kain Tenun Sumba setelah menghadiri sebuah acara peragaan busana.
ADVERTISEMENT
"Beberapa waktu yang lalu saya menghadiri peragaan busana dengan batik tulis lawasan sebagai material utama. Dari situlah saya mulai kepikiran untuk menggabungkan kedua material kain itu, yaitu kain Tenun Sumba dan batik tulis Lawasan," ujar anggota Indonesia Fashion Chamber Chapter Yogyakarta itu.
Jogja Fashion Week 2019 di Hartono Mall Yogyakarta, Kamis (21/11/2019). Foto: len
Dalam pergelaran Jogja Fashion Week, Hendri ingin menggalakan kampanye sustainable fashion dengan cara menggabungkan kedua material kain itu dengan teknik uncut dan zero waste. Seperti penggabungan dua selendang menjadi outer dengan bawahan kain batik tulis Lawasan.
"Selain itu, saya juga ingin memaksimalkan penggunaan kain sehingga tidak banyak limbah. Penggunaan sisa-sisa kain menjadi barang fashion yang lain seperti obi dan berbagai aksesorisnya," kata Hendri.
Tuty Adib (baju abu-abu). Foto: ayu
Tuty Adib, desainer dan pemilik butik Bilqis by Tuty Adib mengambil konsep dari batik Gedog Tuban.
ADVERTISEMENT
"Batik Gedog dari Tuban dikerjakan di atas kain tenun yang ditenun secara tradisional dengan menggunakan alat gedog. Jadi saat menenun akan mengeluarkan suara 'dog...dog'," kata Tuty.
Jogja Fashion Week 2019 di Hartono Mall Yogyakarta, Kamis (21/11/2019). Foto: len
Selain itu, Tuty juga turut serta dalam mengkampanyekan sustainable fashion yang saat mulai digandrungi oleh para desainer mode.
"Sesuai dengan Sustainable Fashion, maka saya menggunakan pewarnaan alam dari kain Gedog Tuban. Selain itu, penggunaan tenun tradisional menjadi pilihan tersendiri. Keunikan dari kain Gedog Tuban ini adalah seratnya keras karena ketika proses benang tersebut harus dicelup terlebih dahulu di Kanji. Habis itu barulah digedog," kata Tuty.
(Ayu)