Mahasiswa UAJY Ajak Masyarakat Waspadai Bencana Alam Lewat Game

Konten Media Partner
28 Maret 2023 16:40 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mahasiswa UAJY Simatupang Juan Regan (kedua dari kanan) saat menerima penghargaan. Foto: istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Mahasiswa UAJY Simatupang Juan Regan (kedua dari kanan) saat menerima penghargaan. Foto: istimewa
ADVERTISEMENT
Indonesia menjadi salah satu negara yang kerap dilanda bencana alam. Pemerintah hingga masyarakat punya peran untuk meningkatkan awareness terhadap bencana alam itu. Kehadiran teknologi dimanfaatkan oleh sejumlah pihak untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat akan bencana alam.
ADVERTISEMENT
Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) menciptakan sebuah game untuk tingkatkan kewaspadaan anak terhadap bencana alam. Tak hanya itu, Simatupang Juan Regan, mahasiswa UAJY juga merancang metode sosialisasi bencana alam yang baik untuk anak-anak.
Game rancangannya itu berhasil dilirik International Field Study dalam kegiatan Asian Cooperative Program (ACP). Mengusung tema ‘Climate Change and Practice of DRR (Disaster Risk Reduction)’ kegiatan ini mengajak mahasiswa dan dosen untuk diskusi mengenai cara mengaplikasikan ilmu-ilmu yang ada untuk meningkatkan awareness anak-anak terhadap bencana alam.
“Saat diskusi bersama kelompok, saya berpikir bahwa untuk sosialisasi ke anak-anak, kita menggunakan metode yang sederhana dan tidak perlu rumit. Kita presentasi mengenai bagaimana cara meningkatkan awareness anak-anak melalui game. Saya dan tim merancang game kartu agar anak-anak dapat mencocokkan bagaimana tindakan yang harus dilakukan ketika menghadapi bencana tersebut,” jelas Regan, Selasa (28/3/2023).
ADVERTISEMENT
Regan menjelaskan bahwa UAJY memberikan dukungan melalui pembiayaan dalam kegiatan tersebut. Selain itu, UAJY juga terus memberikan informasi lengkap yang membantu untuk menyelesaikan berbagai keperluan administrasi.
Selama mengikuti kegiatan, Regan memperoleh banyak pengalaman. Salah satu pengalaman yang berkesan adalah ketika berinteraksi bersama dengan peserta lain dari Malaysia dan Jepang. Language barrier yang terjadi antar peserta menjadi hal yang menantang baginya.
“Be one out of one is better than one out of ten. Artinya adalah lebih baik menjadi nomor satu pada bidang keahlian khusus yang berbeda dibanding menjadi nomor satu pada bidang keahlian yang umum,” tutur Regan.