Mahasiswa UAJY Bandingkan Gempa Kobe dan Palu, Raih Penghargaan Internasional

Konten Media Partner
4 Maret 2023 9:45 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mahasiswa UAJY yang berhasil raih penghargaan usai presentasi membandingkan proses recovery pada kejadian gempa Kobe 1995 dan gempa Palu 2019. Foto: istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Mahasiswa UAJY yang berhasil raih penghargaan usai presentasi membandingkan proses recovery pada kejadian gempa Kobe 1995 dan gempa Palu 2019. Foto: istimewa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Gempa yang mengguncang Palu, Sulawesi Tengah, menjadi salah satu gempa bumi yang langka terjadi. Gempa serupa pernah terjadi di Kobe, Jepang pada tahun 1995 lalu. Dua mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) menjadikan 2 insiden itu sebagai perbandingan dari segi kebijakan bencana.
ADVERTISEMENT
“Kami memilih bencana gempa Palu karena, berdasarkan research yang telah kami lakukan gempa Palu merupakan salah satu gempa yang langka dan memiliki type of tectonic plate shifts yang hampir mirip dengan gempa Kobe di Jepang yang ingin kami compare,” ungkap Mikhellon Kwa, mahasiswa Prodi Arsitektur UAJY angkatan 2019, dalam keterangan Jumat (3/3/2023).
Ia bersama rekannya, Bonifasius Farrel Abhinaya Putra yang merupakan mahasiswa Prodi Teknik Industri Kelas Internasional Angkatan 2021 mengatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan dari kedua bencana itu. Salah satunya adalah proses recovery alias proses pemulihan.
“Pada saat Indonesia terjadi gempa bumi di Palu, BNPB langsung menghubungi AHA Center untuk membantu recovery bencana gempa bumi, namun di Kobe masyarakat dan pemerintah harus recovery sendiri,” ujar Boni.
ADVERTISEMENT
Topik perbandingan antara gempa Kobe dan gempa Palu ini membawa keduanya meraih penghargaan Best Presentation Award pada ACP International Study Program yang berlangsung pada 2-13 Februari di Jepang.
Berbagai persiapan dilakukan untuk mempresentasikan perbandingan gempa itu di hadapan banyak orang. Mulai dari field research di spot yang terdampak gempa bumi Kobe, mencari data dari jurnal dan website, melakukan wawancara dan melakukan pengambilan citra satelit.
“Universitas mendukung field study ini dengan memberi bantuan dana dan memberi kontak untuk mengurus dokumen maupun visa, bahkan kami selalu di-follow up dengan kampus yang dituju sehingga kami tidak seperti orang kebingungan,” ujar Mikhellon. (Len)