Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Makalah Dosen UPNVY Masuk dalam Karya Ilmiah Terbaik di Malaysia
23 November 2019 18:19 WIB
ADVERTISEMENT
Prestasi membanggakan berhasil diraih dari dunia pendidikan tinggi di Yogyakarta. Pasalnya, karya ilmiah (paper) yang ditelurkan oleh salah satu perguruan tinggi negeri (PTN) di Yogyakarta. Adalah Universitas Pembangunan Nasional ‘Veteran’ Yogyakarta (UPNVY).
ADVERTISEMENT
Makalah peneliti Indonesia yang dipresentasikan dalam Konferensi Internasional Komunikasi dan Media (Mention 2019) di Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) berhasil masuk dalam 5 karya ilmiah (paper) terbaik.
“Saya kaget dan senang mbak, tak menyangka,” kata Puji Lestari, Ketua Tim Peneliti dari UPNVY, saat dihubungi Tugu Jogja, Sabtu (23/11/2019).
Namun, pengumuman tersebut diterimanya saat ia sudah tiba di bandara. Alhasil, salah seorang dosen dari UKM mengantarkan penghargaan ke bandara. Penyerahan penghargaan pun dilakukan di Bandara.
Karya ilmiah yang berjudul ‘Communication of Local Government Organization of the Disaster Mitigation of Mount Sinabung Eruption in Indonesia” ini rupanya sudah digarap sejak tahun 2012 silam. Paper yang ditulis oleh Puji Lestari, Rajab Ritonga, dan Poppy Ruliana ini, meneliti soal model komunikasi yang bisa diterapkan Pemda untuk melakukan mitigas bencana.
ADVERTISEMENT
Saat di lapangan, rupanya penelitian juga dibantu oleh Eko Teguh Paripurno, Ahli Kebencanaan (Ketua Pusat Studi Bencana UPNVY) dan Arif Rianto Nugroho, Dosen Geologi UPNVY.
Ia mengatakan bahwa hingga tahun 2019, erupsi Gunung Sinabung masih menyisakan masalah, salah satu diantaranya adalah komunikasi antara penyintas dan pemerintah yang kerap tak kompak.
“Sering terjadi perbedaan persepsi masalah komunikasi penyaluran bantuan, dll (dan lain-lain),” kata wanita yang juga merupakan ketua Asosiasi Pengelola Jurnal Komunikasi seluruh Indonesia (APJIKI) itu..
Di antara gladi ruang dan gladi lapangan, menurutnya, komunikasi menjadi kunci untuk mengurangi resiko kebencanaan dan perlu dipahami bersama antara pemerintah dan masyarakat. Salah satu hal yang memicu terjadinya keributan adalah kurangnya komunikasi.
Ia pun membandingkan situasi saat pemerintah daerah tak pernah diberikan simulasi. Pembagian masker pun terlambat. Berdasarkan penelitiannya yang dilakukan di Karo, Sumatera Utara, metode simulasi gladi lapangan dinilai lebih efektif.
ADVERTISEMENT
“Mereka (peserta simulasi) mudah mengingat, hanya perlu biaya yang tinggi,” papar wanita yang menjadi penerima hibah penelitian tahun ke-11.
Ia pun berharap, masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana mampu melakukan berbagai aktivitas untuk mitigasi bencana, sosialisasi atau komunikasi mitigasi bencana.
“Tujuannnya agar membuat masyarakat tangguh bencana... Kita siap (dan) selamat,” katanya. (adv)