Konten Media Partner

Makam Keramat Kiai Kromo Ijoyo Terdampak Tol Yogya-Solo Dibongkar, Dawuh Keraton

16 Januari 2025 17:14 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Prosesi pembongkaran dan pemindahan makam keramat 'Mbah Celeng' di Padukuhan Ketingan, Kelurahan Tirtoadi, Kabupaten Sleman, pada Kamis (19/1/2025)(Foto. Olive)
zoom-in-whitePerbesar
Prosesi pembongkaran dan pemindahan makam keramat 'Mbah Celeng' di Padukuhan Ketingan, Kelurahan Tirtoadi, Kabupaten Sleman, pada Kamis (19/1/2025)(Foto. Olive)
ADVERTISEMENT
Salah satu makam yang terdampak tol Yogya-Solo yakni Makam Kiai Kromo Ijoyo di Pedukuhan Ketingan, Kalurahan Tirtoadi, Kapanewon Mlati, Kabupaten Sleman, sejak pagi tadi mulai pukul 07.00 - 09.00 WIB telah selesai dilakukan pembongkaran sekaligus pemindahan makam.
ADVERTISEMENT
Lurah Tirtoadi Mardiharto mengatakan, alasan pemindahan makam sarat sejarah itu yang oleh warga kerap disebut makam keramat dilakukan pada hari ini Kamis (16/1) karena atas 'dawuh' dari Keraton Yogyakarta usai dilakukannya rangkaian upacara adat yang dipimpin langsung GKR Mangkubumi pada Rabu (15/1).
"Intinya saya sebagai warga Ketingan termasuk juga mewakili ahli waris, tentunya, karena makam ini adalah leluhur kita ya kita muliakan dengan prosesi seperti kemarin dan makam yang lebih baik. Jadi pada hari ini sudah selesai prosesi pemindahan jasad beliau," katanya kepada wartawan saat ditemui dilokasi.
Pembongkaran makam keramat ini dilakukan oleh sejumlah orang yang menggunakan kaos hitam bertuliskan Al Iswat (Al Fatihah-Istighfar-Sholawat).
Salah satu orang yang menggunakan kaos hitam tersebut adalah Dwi Joko Yudho, 53, sebagai Ketua Al Iswat.
ADVERTISEMENT
Selama pembongkaran makam itu yang juga kerap disebut makam mbah celeng, kata Joko prosesi pemindahannya tidak ada kendala meski hanya berbekal alat manual.
"Alhamdulillah lancar, kita mulai tadi pagi termasuk bongkar bangunannya. Pembongkarannya pakai alat manual (pakai cangkul)," kata Joko.
Lanjut Joko menyebut, di wilayah ini ia bersama timnya memindahkan dua jasad.
Makam Kiai Kromo Ijoyo. Foto: Olive.
"Yang di makam Romo Wijoyo itu ada dua, yang satu Mbah Kiai Kromo Ijoyo, yang satunya belum tahu siapa," ucap Joko.
Pada saat melakukan pembongkaran, disebutkan Joko, timnya menemukan sejumlah tulang belulang yang masih utuh.
"Tadi kita temukan di dalam jasadnya masih ada sisa tulang, tengkorak, tangan, sedikit tulang kaki. Jadi Ahamdulillah masih ada kita temukan tulangnya," sebutnya.
ADVERTISEMENT

Makam Disemprotkan Air Zam-Zam

Setelah pembongkaran dan pemindahan selesai, tim Al Iswat menyemprotkan wewangian terhadap kedua jasad tersebut.
"Treatmentnya mungkin kemarin kan sebelum ke sini kita juga sudah dilakukan doa bersama. Pastinya kami selalu begitu. Dan sesuai tradisi di kita setelah pemindahannya, jasadnya kita beri wewangian air zam-zam dan bunga," jelasnya.
Adapun terkait tradisi yang dilakukan warga setempat pada Rabu (15/1) kemarin, ia tidak mempermasalahkan karena itu merupakan tradisi sebagai bentuk penghormatan kepada sesepuh wilayah.
"Itu tradisi ya, tapi saya sendiri kurang paham detailnya. Tadi saya dengar dari masyarakat katanya yang dipindahkan itu adalah tokoh penting/sesepuh. Mbah Kromo Ijoyo itu dipercaya salah satu prajurit Pangeran Diponegoro dan beliau yang menjajah alas disini (Ketingan)," jelas Joko.
ADVERTISEMENT

Belasan Makam Terdampak Tol yang dibongkar Tim Al Iswat

Pada kesempatan tersebut, Joko turut menyampaikan bahwa timnya telah membongkar belasan makam terdampak tol.
"Kalau dari Boyolali sampai ke Tol Solo-Jogja ini kurang lebih 13 makam sesepuh maupun makam kampung. Kemudian Tol Jogja - Bawen ada 2 di Dusun Susukan dan Dusun Bantulan," kata Joko.
Hadir juga dalam prosesi pemindahan makam itu PT Jasamarga Jogja-Solo (JMJ) Adhi Karya.
Yang menarik di makam lama tersebut, nampak pohon besar dan tinggi bernama pulai. Pohon yang memiliki tinggi 40 meter dengan diameter 60-100 cm.
Humas Proyek Tol Jogja-Solo-YIA Wilayah DIY PT Adhi Karya, Agung Murhandjanto menuturkan, karena pohon pulai ini juga termasuk pohon yang keramat, maka pada hari ini pula, pohon ini ditebang kemudian rencananya akan dipindahkan ke Keraton Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
"Kita cari penggantinya, karena yang di makam (jenazah) dua orang, jadi dua, sama (pohon) pulai juga. Kalau itu (pohon pulai di makam lama) cuma satu kan," jelas Agung.
(Olive)