Malam 1 Suro versi Keraton Ngayogyakarto Hadiningrat

Konten Media Partner
10 September 2018 16:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Malam 1 Suro versi Keraton Ngayogyakarto Hadiningrat
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Puteri Raja Keraton Yogyakarta, Gusti Condro Kirono, menjelaskan soal laku Mubeng Beteng di Kepatihan, Senin (10/9/2018). Foto: Erfanto Linangkung (kumparan.com/tugujogja)
ADVERTISEMENT
Ritual atau tradisi Mubeng Beteng di malam 1 Sura di Yogyakarta tidak dilaksanakan, Senin (10/9) malam ini. Pihak Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat baru akan melaksanakan ritual rutin tersebut pada hari Selasa (11/9) malam. Pasalnya, pihak keraton tidak mengikuti kalender nasional melainkan memiliki perhitungan tersendiri.
Puteri Raja Keraton Yogyakarta, Gusti Condro Kirono mengungkapkan, pelaksanaan laku Mubeng Beteng tersebut baru akan dilaksanakan pada hari Selasa (11/9) besok. Sebab, berdasarkan kalender Sultan Agung, 1 Suro jatuh pada tanggal hari Rabu (12/9) yang akan datang.
"Keraton memang menganut Kalender Sultan Agung,"ujarnya di Kompleks Kepatihan, Senin (10/9).
Adik GKR Mangkubumi ini menyebutkan setiap malam 1 Suro, Aribuan warga masyarakat Yogyakarta menggelar Lampah Budaya. Yaitu sebuah prosesi jalan kaki mengelilingi benteng Keraton Ngayogyakarto Hadiningrat. Ketika berjalan kaki mengelilingi benteng Keraton, para peserta Lampah Budaya ini tidak diperkenankan untuk berbicara sepatah katapun.
ADVERTISEMENT
Tradisi Lampah Budaya Mubeng Beteng ini akan dimulai tepat pukul 00.00. Namun sebelumnya telah dilaksanakan berbagai rangkaian kegiatan ritual lainnya. Rute yang akan dilalui di antaranya Keraton Ngayogyakarto menuju ke Kemandungan Lor, Ngabean, Pojok Beteng Kulon, Plengkung Gading, Pojok Beteng Wetan, Jalan Ibu Ruswo, Alun-alun Utara dan kembali ke Kemandungan Lor.
"Peserta mubeng beteng juga melaksanakan topo bisu. Sepanjang jalan tidak diperkenankan berbicara dan saat ini tidak boleh memainkan gawai,"tambahnya.
Topo mBisu Mubeng Beteng ini merupakan sarana masyarakat Yogyakarta untuk melakukan koreksi perjalanan mereka selama setahun. Harapannya di tahun mendatang kehidupan mereka menjadi lebih baik dan tidak mengulangi kesalahan sebelumnya. (erl/fra)