Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.91.0
Konten Media Partner
Masyarakat Didorong Tingkatkan Konsumsi Pangan Lokal untuk Ketahanan Pangan
20 Mei 2020 14:08 WIB
ADVERTISEMENT
Mayoritas masyarakat Indonesia mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok sehari-hari. Beras menjadi sumber karbohidrat utama masyarakat Indonesia. Karenanya, beras menjadi komoditas yang strategis di Indonesia.
ADVERTISEMENT
“Pangan hewani dan nabati ada banyak pilihan, sedangkan beras tidak dapat digantikan. Beras adalah makanan pokok yang harus tersedia setiap saat,” ujar Ida Bagus Wisnuardhana, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, saat live streaming ‘Bela Negara dalam Bidang Ketahanan Pangan Menuju Kemandirian Pangan Saat Ini dan Pasca Pandemi COVID-19’, Rabu (20/5/2020).
Kebutuhan beras nasional per tahun di Indonesia sebanyak 36 juta ton. Sedangkan kemampuan produksi beras nasional per tahun di Indonesia adalah 35 juta ton. Alhasil, Indonesia melakukan impor beras untuk mencukupi kebutuhan beras nasional per tahunnya.
Pemerintah telah berupaya sedemikian rupa agar ketersediaan beras di Indonesia selalu ada. Menurutnya, ada berbagai solusi yang bisa dilakukan untuk meningkatkan ketahanan pangan di Indonesia seperti mencetak sawah, memperbaiki distribusi, dan diversifikasi pangan.
ADVERTISEMENT
“Diversifikasi pangan: beragam, bergizi, seimbang, aman. Makan berasnya dikurangi, tapi konsumsi protein hewani nabatinya ditingkatkan,” ujarnya.
Masa pandemi COVID-19 ini, ketahanan pangan rupanya juga menjadi garda terdepan untuk menangani COVID-19. Namun, pandemi ini juga menjadi masalah bencana non alam dalam pembangunan ketahanan pangan di Indonesia. Di Yogyakarta sendiri konsumsi mengalami penurunan sebanyak 2 juta orang akibat banyak restoran dan wisata yang tutup.
Di sisi lain, konsumsi beras di Indonesia termasuk di Yogyakarta sendiri masih tinggi. Hal ini mengakibatkan rendahnya konsumsi pangan lokal.
“Kita ajak petani untuk selalu produksi selalu bertanam, beternak, dan selalu panen. Lumbung pangan mataraman ini yang ditanam pangan lokal. Kita perlu ,enambah pangan hewani, kacang, sayur, buah, umbi-umbian, menurunkan konsumsi beras dan terigu,” ujar Bambang Dwi W., Kabid Ketahanan Pangan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Pemda DIY.
Sejak tahun 2009, pemerintah telah menelurkan Program Aksi Desa Mandiri Pangan untuk meningkatkan ketahanan pangan di Indonesia. Ada pun 3 pilar dalam kegiatan ini adalah ketersediaan, keterjangkauan, serta stabilitas pasokan dan harga.
ADVERTISEMENT
Peran Bulog dalam ketahanan pangan di Indonesia ini cukup krusial. Karena kehadirannya di desa membuat suat desa tak lagi rawan pangan. Di tengah pandemi ini, pemerintah memastikan petani tetap berproduksi, kecukupan stok pangan, dan keterjangkauan pangan.
“Setelah wabah COVID-19 nanti, ada pengembangan kawasan pertanian terintegrasi hulu-hilir berbasis kebutuhan, meningkatkan daya saing, urban farming, edukasi diversifikasi pangan,” ujar Budiarto, Dekan Fakultas Pertanian UPNVY.
Sebelumnya, sesi ‘Bela Negara dalam Bidang Ketahanan Pangan Menuju Kemandirian Pangan Saat Ini dan Pasca Pandemi COVID-19’ merupakan bagian dari Pekan Bela Negara yang digelar oleh Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta. Dalam sesi ini menghadirkan narasumber yaitu Budiarto, Dekan Fakultas Pertanian UPNVY; Bambang Dwi W., Kabid Ketahanan Pangan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Pemda DIY; Ida Bagus Wisnuardhana, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali; dan Eddy Martono R, Ketua Bidang Agraria dan Tata Ruang GAPKI.
ADVERTISEMENT