Konten Media Partner

Melihat Koleksi Keris dari Masa Keyajaan Sultan Mataram di Yogyakarta

4 November 2019 6:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengunjung sedang menyaksikan pameran keris di Museum Sonobuyoyo, Minggu (3/11). foto: Gery
zoom-in-whitePerbesar
Pengunjung sedang menyaksikan pameran keris di Museum Sonobuyoyo, Minggu (3/11). foto: Gery
ADVERTISEMENT
Hilir mudik para pengunjung tampak memadati eks gedung KONI, di kompleks Museum Sonobudoyo dalam Festival Keris Mataram, Minggu (03/11). Sejumlah keris dari masa kejayaan Kesultanan Mataram hingga sekarang dipamerkan di acara yang bertajuk "Keris Mataram dari Masa ke Masa". Selain memamerkan keris, beragam senjata pusaka lain turut dipamerkan, seperti tombak, pedang, dan wedung.
ADVERTISEMENT
"Total ada 97 benda pusaka yang dipamerkan, meliputi 81 keris, 12 tombak, 2 pedang, dan 2 wedung. Mayoritas yang dipamerkan adalah keris karena sesuai tema," ujar Nilo Suseno, ketua panitia acara tersebut, saat diwawancarai di sela-sela pameran, Minggu (03/11).
Nilo mengatakan latar belakang diadakan festival ini karena ingin mengenalkan senjata pusaka keris kepada publik, terutama generasi muda. Pasalnya, seringkali sebagian masyarakat masih keliru menilai keris sebagai sesuatu yang negatif.
"Seperti adanya ilmu hitam atau mistis. Mungkin karena terpengaruh narasi di dunia maya, pertelevisian, sinetron, dan film," katanya sambil tersenyum.
Padahal setiap keris memiliki filosofi hidup yang berkenaan dengan manusia, alam, dan Sang Pencipta. Sebagaimana Nilo contohkan pamor keris Beras Utah (Beras Tumpah) dan Udan Mas (Hujan Emas) yang melambangkan kemakmuran serta kekayaan.
ADVERTISEMENT
Secara etimologi, Beras Utah dan Udan Mas mengandung makna kelimpahan alam yang diberikan Sang Pencipta kepada masyarakat. Jika keris dipahami secara utuh dan mendalam sejatinya memuat unsur nilai spiritual. Sebab, tiap pamor dibentuk selaras dengan harapan yang hendak dicapai oleh pemilik keris.
"Jadi kalau ada masyarakat yang memandang keris itu negatif karena pemahamannya kurang utuh saja," tandasnya.
Salah satu pengunjung sedang mengamati keris yang dipajang di Museum Sonobuyoyo, Minggu (3/11). foto: Gery
Seiring peradaban zaman, keris terus mengalami transformasi bentuk dan ukuran. Hal itu menurut Nilo lantaran situasi pada sektor sosial, ekonomi, dan politik yang mempengaruhi wujud keris berbeda-beda. Serupa keris pada masa perjuangan yang memiliki bentuk tebal dan panjang, daripada di masa perdamaian dengan bentuk lebih kecil.
Ketika disinggung mengenai koleksi unggulan pada pameran keris ini, Lilo mengaku ada sejumlah keris yang cukup populer di kalangan masyarakat, teristimewa para kolektor keris. Seperti keris Nogo Sosro Sabuk Inten dan Singo Barong.
ADVERTISEMENT
Keris Nogo Sosro Sabuk Inten merupakan pusaka asli peninggalan Kerajaan Majapahit. Secara filosofis, keris tersebut melambangkan kekuatan dan keindahan. Sedangkan keris Singo Barong melambangkan kekuasaan dan keberanian.
Adapun beberapa agenda lain dalam rangkaian kegiatan ini, antara lain bursa keris, demonstrasi pembuatan aksesori keris, dan seminar tentang perkerisan.
Nilo yang juga selaku Ketua Paguyuban Keris Lar Gangsir Yogyakarta ini berharap untuk senantiasa mendukung dan memperkuat keistimewaan DIY melalui acara pameran kebudayaan. Dalam hal ini, senjata pusaka keris sebagai hasanah budaya nusantara yang wajib dilestarikan dan dikembangkan demi kemajuan bangsa.
(Ludgeryus Angger P/Feva)