Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.91.0
ADVERTISEMENT
Saat ini pandemi corona masih melanda Indonesia. Bencana alam lain pun datang silih berganti. Puisi menjadi salah satu cara yang digunakan banyak orang untuk menyampaikan keresahannya dan keinginannya agar masalah ini cepat berakhir.
ADVERTISEMENT
Keresahan akan alam kerap dituangkan dalam puisi. Diikuti keinginan agar keresahan tersebut segera berlalu. Menjadikan alam seolah-olah harus mengikuti keinginan si penulis puisi .
Bertemakan "Puisi Alam-Alam Puisi" para pecinta sastra, seni, dan alam yang tergabung dalam Artiseni Production, menggelar diskusi online untuk membahas kondisi alam terkini dan menuangkannya lewat karya sastra berupa puisi.
“Tema ini sendiri dipilih sebagai sebuah kajian terhadap puisi-puisi yang bertemakan alam yang butuh ditafsirkan untuk memahami fenomena alam, baik yang terjadi pada masa lampau maupun masa depan," ujar Budy Kurniawan selaku Executive Produser Artiseni Production, Kamis (29/10/2020).
Puisi bertema alam dapat ditemukan dalam karya para penyair dari berbagai masa, baik penyair luar maupun dalam negeri. Penyair-penyair ini membahas alam dari segala sisi mulai dari keindahannya hingga keburukannya seperti bencana alam yang merugikan. Didapatkan dari pengalaman dan pengetahuan. Tanda bahwa alam dan manusia hidup berdekatan dari dulu hingga sekarang.
ADVERTISEMENT
Penggunaan teknologi saat ini sangat membantu penyair dalam penyampaikan ide atau aspirasinya tentang alam, misal menuliskan puisi dalam lembar kertas atau buku. Di sisi lain, teknologi merupakan salah satu penyebab dari kerusakan alam itu sendiri.
Dalam pembahasannya, Faruk Tripoli, budayawan dan guru besar FIB UGM, menghimbau manusia yang berbicara tentang alam jangan sampai berbicara seolah olah-olah menjadi wakil alam. Menyebabkan suaranya harus didengar dan diwujudkan yang berujung pada egoisme.
“Manusia bertengkar tentang alam karena manusia punya konsep dan pemikiran yang berbeda tentang alam. Apa dan bagaimana alam tergantung pada tafsir kita sendiri apakah positif negatif atau baik buruk. Berbicaralah tentang alam ‘ini alam menurut saya’, ‘ini alam menurut pendapat saya’, dan orang lain boleh memiliki pendapat yang berbeda. Jangan sampai menjadi wakil alam lalu menjadi wakil Tuhan yang menganggap penting diri sendiri karena merupakan bagian dari wakil alam dan wakil Tuhan itu. Nah, itu yang berbahaya," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Faruk Tripoli juga menghimbau butuh adanya kesadaran untuk bericara tentang alam. “Bisa jadi kertas yang digunakan untuk menulis puisi atau teknologi yang pakai sinyal seperti sekarang justru merupakan salah satu penyebab kerusakan alam itu sendiri.” lanjutnya.
Muhammad Gadhafi, penulis di Jogja, berpendapat hubungan alam dan manusia bergantung pada pusat keindahan yang diambil. Berpusat pada keindahan alam atau keindahan manusia.
“Jika pusatnya diletakan pada manusia, adabnya akan berbeda. Ketika manusia diletakan di pusat maka persepsi manusia itu menjadi utama untuk menilai mana yang indah (baik) mana yang bukan. Begitu sebaliknya," ungkapnya.
Sementara itu, Fitri Merawati, penulis dan dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra UAD sepakat berpendapat untuk menjadikan seni (puisi) sebagai wujud perwakilan dari perasaan penyairnya. Wujud yang dimulai dari diri sendiri. Jalan alternatif yang digunakan ketika teriakan tidak terdengar karena bisa jadi puisi dapat menyampaikan lebih tajam.
ADVERTISEMENT
“Saya bersepakat dengan Mas Dhafi dan Prof Faruk. Biarkan alam berdiri dengan caranya sendiri, sehingga kita tidak perlu punya ekspetasi terlalu tinggi untuk mengubah dunia hanya karena kita menulis tentang dunia itu. Perkara berhasil atau tidak tugas penyair bukan memastikan itu berhasil atau tidak. Penyair ya mereka menuangkan gagasannya, idenya, melalui puisi," ujar Fitri Merawati
Webinar “Puisi Alam-Alam Puisi”: Membedah Alam dalam Isi Tubuh Puisi ini telah diikuti oleh peserta Sekolah Menengah Atas (SMA), Mahasiswa, dan pelaku seni dari berbagai daerah melalui aplikasi video meeting. Donasi yang peserta berikan nantinya akan disalurkan kepada para petani dan peternak ikan di daerah Yogyakarta yang terdampak usahanya akibat corona. (Nada Pertiwi)