Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
Konten Media Partner
Mendikti Satryo Khawatirkan Literasi Rendah Anak Indonesia
24 Januari 2025 19:23 WIB
ยท
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
"Literasi anak-anak Indonesia kita baik dalam numerik, pembaca maupun sains itu berada di nomor dua terendah dari 69 negara," kata Satryo dalam sambutannya di acara pelantikan Rektor UNY periode 2025 - 2030 di Auditorium UNY, pada Jumat (24/1/2025).
Ia khawatir jika Indonesia tingkat literasi masih di posisi tersebut, karena menurutnya akan menjadi penghalang menuju Indonesia emas tahun 2045.
"Kalau masih diposisi itu, maka kita sulit mencapai Indonesia emas tahun 2045. Sehingga, di tahun tersebut diharapkan, sudah banyak talenta generasi muda kita itu mempunyai suatu literasi yang tinggi agar mampu untuk menciptakan kemajuan Indonesia yang sejahtera, mandiri, dan bahagia," ujarnya.
Kunci Negara Maju: Berliterasi Tinggi
Satryo menuturkan, kunci menjadi negara maju adalah negara yang memiliki peringkat tertinggi literasinya.
ADVERTISEMENT
"Dalam pengamatan saya kunci sebuah negara maju, atau negara yang industri (produktif) itu ya karena sekolah atau perguruan tinggi menghasilkan anak-anak yang berliterasi tinggi," ucapnya.
Untuk itu, Mendikti Satryo ingin para pendidik dapat melakukan terobosan baru untuk memunculkan potensi kreativitas dari anak-anak terutama Papua. Pasalnya, pada pendidikan di Papua masih banyak yang terbelakang sampai saat ini.
"Saya sangat tahu tidak ada anak yang bodoh. Bahkan di Papua pun sebetulnya (mereka) mempunyai potensi yang sama seperti kita disini, ada baiknya terekspos punya kesempatan untuk bisa maju seperti kita-kita yang di Jawa," tuturnya.
Pendidik Harus Ada Terobosan Baru
Ia mencontohkan, para pendidik bisa mengadaptasi metode pembelajaran ditempat-tempat lain yang sekiranya mudah dipahami di wilayahnya.
ADVERTISEMENT
"Diperlukan guru-guru atau pengajar yang mampu memunculkan potensi anak-anak melalui metode pembelajaran yang lams harus kita kembangkan, dan atau ciptakanlah berbagai metode belajar ditempat-tempat tertentu," ucapnya.
"Jadi tidak jangan hanya mengandalkan kaidah-kaidah atau teori-teori yang selama ini dikenal atau melekat dengan teman-teman pendidik, kita harus punya terobosan baru," tandasnya.
(Olive)