Mengenal Access Bars, Terapi untuk Tingkatkan Hormon Kebahagiaan Tanpa Obat

Konten Media Partner
12 September 2021 13:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Metode Access Bars yang digunakan untuk membuang emosi negatif dalam tubuh. Foto: Sandra/Tugu Jogja
zoom-in-whitePerbesar
Metode Access Bars yang digunakan untuk membuang emosi negatif dalam tubuh. Foto: Sandra/Tugu Jogja
ADVERTISEMENT
Dewasa ini istilah mental health atau kesehatan mental bukan lagi hal yang asing. Sudah banyak orang dari berbagai kalangan yang menunjukan kepekaan dan kepedulian tentang pentingnya isu ini.
ADVERTISEMENT
Pandemi yang terjadi dan segala dampaknya bagi kehidupan sosial banyak memengaruhi kesehatan mental masyarakat. Perasaan seperti cemas, rasa takut, kesepian, hingga rasa khawatir yang berlebih banyak dialami oleh masyarakat. Jauh sebelum adanya pandemi masing-masing orang juga bisa mengalami tekanan secara psikologis akibat kesibukan atau kejadian yang mereka alami seperti trauma, stress hingga depresi.
Perasaan-perasaan negatif yang muncul pada diri seseorang tidak selalu bisa menemukan jalannya sendiri untuk keluar atau tersalurkan. Kebanyakan dari perasaan negatif ini akan tersimpan dan menumpuk di dalam tubuh, yang kemudian mengakibatkan gangguan pada kesehatan mental.
Kesehatan mental yang terganggu tidak hanya berpengaruh pada emosional seseorang, tetapi juga dapat mempengaruhi kondisi kesehatan fisiknya. Oleh karena itu, berbagai cara ditempuh untuk mengatasi hal tersebut, salah satunya ialah melalui Acsess Bars.
ADVERTISEMENT
Access Bars sendiri merupakan suatu metode yang dikembangkan di Amerika dan mulai masuk ke Indonesia pada tahun 2017. Metode ini merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk membantu tubuh melepaskan hal-hal yang sekiranya sudah tidak diperlukan oleh tubuh.
Ditinjau dari prespektif kesehatan, metode Access Bars ini tidak memiliki sisi yang bertolak belakang meskipun tidak melibatkan obat. Dokter Punik menjelaskan bahwa Acsess Bars ini membantu produksi hormon-hormon tertentu yang dapat membantu orang menjadi rileks dan terhindar dari gejala-gejala psikomatis.
“Ini berfungsi untuk meningkatkan hormon-hormon kebahagiaan, sehingga pengobatan yang dilakukan adalah pengobatan secara tidak langsung.” Jelasnya.
Access Bars tidak hanya mengatasi kecemasan atau membantu menghindari stress saja, tetapi juga dapat mempengaruhi kondisi kesehatan secara fisik dan interaksi sosial. Disamping itu, Access bars dirasa efektif untuk menangani kecemasan pada remaja dan lansia.
ADVERTISEMENT
“Ibu dan anak saya juga mengalami perkembangan yang baik setelah beberapa kali melakuka Bars” tambah Punik.
Metode Access Bars yang digunakan untuk membuang emosi negatif dalam tubuh. Foto: Sandra/Tugu Jogja
Saat melakukannya, praktisi Access Bars hanya berperan sebagai orang luar yang memfasilitasi tubuh untuk bereaksi secara alami dan mengola perasaannya sendiri. Tidak ada sugesti atau apapun semacamnya, oleh karena itu hasil yang dialami masing-masing orang dapat berbeda.
“Perasaan ini meliputi emosi negatif, sudut pandang, ataupun pemikiran-pemikiran yang sudah seharusnya tidak ada dalam tubuh tetapi tidak bisa keluar,” jelas Abbishallom, salah satu praktisi access bars, saat bakti sosial, Sabtu (11/9/2021).
Menurut keterangan Abishallom, pada metode ini tidak dipasang ekspetasi apapun dari praktisi maupun klien. Namun biasanya klien yang melakukan Access Bars memiliki motivasinya masing-masing, seperti ingin rileks, trauma, merasa kesepian atau sedang mengalami masalah hidup yang tidak bisa diceritakan.
ADVERTISEMENT
Dalam dunia psikologi, Sigmund Freud menyatakan bahwa Emosi negatif yang terpendam dalam seseorang tidak akan hilang. Ia akan disana, menetap dan muncul dengan bentuk yang paling buruk. Sejalan dengan teori tersebut, Dokter Punik, salah satu praktisi Access Bars juga mengatakan bahwa perasaan negative yang tidak dilepaskan dapat menjadi pemicu masalah psikomatis, atau ganguan kesehatan fisik yang disebabkan oleh terganggunya kesehatan mental.
“Kadang seseorang tidak menyadari atau tidak mau mengakui bahwa kondisi psikologisnya sedang tidak baik-baik saja. Tetapi tubuh punya cara komunikasi untuk meyalurkan rasa tersebut seperti migrain, pegal-pegal atau tanda-tanda kecil lain yang sering terabaikan” ungkapnya. (Syiva Pramuji Budi Astuti)