Konten Media Partner

Menguak Posisi Gus Dur dalam Lukisan 'The Last Supper'

9 Februari 2018 21:10 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Dua hari lagi, rangkaian perayaan Sewindu Haul Gus Dur di Galeri Gejayan Universitas Sanata Dharma akan ditutup. Lewat acara itu, Gus Dur kembali 'berbicara' lewat lukisan 'The Last Supper'.
Menguak Posisi Gus Dur dalam Lukisan 'The Last Supper'
zoom-in-whitePerbesar
The Last Supper', buah karya seorang pelukis asal Purworejo Bramantyo Astadi (45) adalah satu dari sembilan karya visual bertema Gus Dur yang dipamerkan selama haul. Lukisan ini membingkai Gus Dur sebagai objek utama yang dikelilingi tokoh-tokoh dari berbagai agama besar yang ada di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Lukisan ‘The Last Supper’ sendiri berawal dari keinginan Bram untuk membuat sebuah masterpiece connection, sebuah karya tiruan dari karya ikon-ikon dunia dengan sentuhan pribadi yang tidak mengubah posisi objeknya secara radikal dengan konsep kebersamaan.
Akhirnya, sebuah lukisan berjudul sama karya pelukis besar dunia, 'The Last Supper' karya Leonardo Da Vinci memberi beliau sebuah pencerahan. Ia menuangkan persepsinya tentang Gus Dur di atas kanvas sekaligus merefleksikan keberagaman.
"Saya melukis Gus Dur di tengah sebagai pusat kebersamaan dan toleransi," kata Bram saat dihubungi melalui aplikasi Whatsapp pada Kamis (8/2/18).
Menguak Posisi Gus Dur dalam Lukisan 'The Last Supper' (1)
zoom-in-whitePerbesar
Bram memilih meniru karya Leonardo Da Vinci bukan tanpa alasan. Leonardo Da Vinci terkenal dengan karya-karyanya yang tak lekang oleh waktu. Bram yang juga seorang Gusdurian ingin nilai-nilai utama Gus Dur selalu bergaung dan mengiringi kehidupan masyarakat Indonesia yang terus bergulir.
ADVERTISEMENT
Bagi Bram, Gus Dur adalah tokoh toleransi yang tanpa tendensi. Gus Dur adalah pembela kaum minoritas yang berani berjalan melawan arus dalam deras dan kuatnya orde baru. Dan, Gus Dur adalah seorang pejuang kemanusiaan, toleransi dan indahnya pluralisme.
"Saya harap perjuangan, semangat dan mimpi-mimpi Gus Dur tentang indahnya kebersamaan dan persatuan dapat diteruskan oleh generasi-generasi sesudah beliau," ujar sang pelukis.
Gherberra Anindita