Konten Media Partner

Mitos Kampung Pitu di Jogja yang Hanya Boleh Ditinggali 7 Kepala Keluarga

6 Oktober 2020 17:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Salah satu rumah di Kampung Pitu, Foto: website resmi Kalurahan Nglanggeran
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu rumah di Kampung Pitu, Foto: website resmi Kalurahan Nglanggeran
ADVERTISEMENT
Masyarakat di Yogyakarta masih mempercayai beberapa mitos hingga kini, salah satunya ialah mitos Kampung Pitu. Sesuai dengan namanya, pitu yang dalam bahasa Indonesia artinya tujuh, mempercayai bahwa hanya tujuh keluarga secara turun temurun yang bisa mendiami kampung ini.
ADVERTISEMENT
Kampung Pitu terletak di Dusun Nglanggeran Wetan, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Masyarakat di sekitar Gunung Nglanggeran percaya bahwa Kampung Pitu adalah tanah bertuah. Terdapat satu peraturan adat yang tidak boleh dilanggar, yaitu Kampung Pitu harus dihuni oleh tujuh keluarga.
Kondisi Kampung Pitu cenderung sepi karena bukan termasuk rute pendakian menuju Gunung Nglanggeran. Satu-satunya akses untuk menjangkau tempat ini adalah jalan setapak yang diapit oleh bebatuan besar di bagian kanan dan kirinya.
Butuh sekitar 30 menit menuju Kampung Pitu dari jalan raya yang berada di lereng Gunung Nglanggeran. Setiap rumah di kampung tersebut dibangun berjauhan di atas tanah miring seluas sekitar 7 hektare.
Pada kenyataannya semua warga kampung ini merupakan kerabat dekat keturunan Eyang Iro Kromo sang pendiri desa. Awal berdirinya Kampung Pitu bermula dari Eyang Iro Kromo yang memenangkan sayembara dari Keraton Ngayogyakarta Hadigningrat.
ADVERTISEMENT
Kampung Pitu sudah berdiri sejak tahun 1400an. Perihal peraturan adat yang berlaku, memang hanya boleh tujuh kepala keluarga yang boleh secara turun temurun yang bisa mendiami kampung ini.
Konon katanya tempat ini dijaga oleh sosok mistis yang tunduk pada perintah leluhur Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Penambahan dan pengurangan dalam trah Iro Kromo hidup di Kampung Pitu berlangsung sesuai kehendak alam.
Jika satu keluarga memiliki banyak anak biasanya hanya satu atau dua saja yang ingin menetap. Sedari dulu jika ada yang ingin mendaftarkan diri sebagai kepala baru di Kampung Pitu yang telah genap tujuh, tiba-tiba saja meninggal.
Tak hanya kampungnya saja yang sakral, beberapa tempat di Kampung Pitu juga dipercaya memiliki kekuatan magis. Kini jadi persawahan di sudut Kampung Pitu, dulunya area tersebut Telaga Guyangan.
ADVERTISEMENT
Telaga Gayungan merupakan tempat memandikan kuda sembrani, kendaraan para bidadari. Jejak kaki para kuda magis yang berkunjung ke Telaga Guyangan ini tercetak di tanah sekitar telaga yang bentuknya masih bisa terlihat cukup jelas.(Melinia Lasma Natasya Simangunsong)