Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten Media Partner
Puluhan Hektare Lahan Pertanian di Yogyakarta Terendam Air Sungai Opak
30 Juli 2018 10:39 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
ADVERTISEMENT
Ombak pantai selatan DIY ternyata masih tinggi. Di pantai Samas, kondisi tersebut mulai membawa dampak. Apalagi kondisi diperparah dengan tertutupnya muara sungai Opak yang terjadi mulai Minggu malam (29/7).
ADVERTISEMENT
Akibat tertutupnya muara sungai Opak mengakibatkan air meluap dan menggenangi lahan pertanian yang berada di seputaran muara sungai Opak. Kondisi ini dikhawatirkan akan mengakibatkan tanaman yang dibudidayakan oleh petani setempat terganggu panenannya bahkan terancam fuso.
Lurah Desa Srigading, Wahyu Widada, mengungkapkan sejak gelombang air laut mengganas di mana tingginya kira-kira mencapai 3-8 meter. Kuatnya gelombang tersebut yang membawa material pasir mengakibatkan sudetan muara Sungai Opak kembali tertutup pasir. Akibatnya, aliran sungai Opak kembali mengarah ke Pantai Samas.
"Pekerjaan pengerukan pernah dilakukan nampaknya sia-sia. Karena muara kembali buntu," ujarnya, Senin (30/7).
Karena desakan air laut yang begitu kuat, kini muara Sungai Opak yang berisi air payau kembali meluap. Luapan air tersebut sedikit demi sedikit kembali masuk ke lahan pertanian. Namun, kemarin air payau belum sempat menggenangi tanaman milik warga. Sedangkan nelayan belum ada yang berani melaut.
ADVERTISEMENT
"Kemarin sempat ada yang melaut satu sekarang udah enggak ada yang berani," ujarnya.
Kejadian tersebut dibenarkan oleh Sunar, warga Baros Tirtohargo yang memiliki lahan tepat di utara sudetan muara Sungai Opak. Air laut kemarin mulai masuk ke lahan miliknya. Berbeda dengan sebelumnya yang langsung menggenangi tanamannya, kini aliran air masuk ke lahannya perlahan-lahan.
"Beruntung, kali ini petani tidak rugi karena tanamannya sudah tidak ada. Sudah dipaneni pada banjir pertama lalu," ujar Sunar.
Warga sampai sekarang belum berencana menjebol kembali aliran sungai yang buntu karena tertutup pasir. Namun berharap agar ada perhatian dari pemerintah. (erl)