Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten Media Partner
Muhammadiyah dan 'Aisyiyah, Contoh Penerapan Demokrasi dalam Islam
31 Mei 2021 20:21 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Usia organisasi Muhammadiyah dan Aisyiyah di tahun 2021 ini telah menginjak 108 tahun dan 104 tahun. Lebih dari 100 tahun, organisasi ini bergerak untuk Indonesia. Menjelang milad ke-30 tahun, Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta (UNISA) menggelar seminar nasional bertema "Tradisi Demokrasi Persyarikatan Muhammadiyah/ 'Aisyiyah, FEISHum UNISA Yogyakarta".
ADVERTISEMENT
Kali ini UNISA mendatangkan Kim Hyung Jun dari Kangwoo National University sebagai pembicara. Tak hanya itu, dosen UNISA juga ikut berpartisipasi dalam seminar nasional ini. Keduanya adalah Amanatun Suryani dari Prodi Administrasi Publik dan Diska Arliena Hafni dari Prodi Administrasi Publik.
“Kiprah Muhammadiyah dan Aisyiyah pada berbagai sektor kehidupan berbangsa dan bernegara menunjukan kepada kita bahwa Persyarikatan telah memberikan contoh pembelajaran demokrasi yang sangat baik,” Ujar Mega Ardina, Dekan FEISHum UNISA Yogyakarta, Senin (31/5/2021).
Di usia 108 tahun Muhammadiyah dan 104 tahun Aisyiyah menunjukan bagaimana demokrasi telah mengakar kuat pada organisasi ini. Oleh karenanya penting untuk membahas lebih jauh bagaimana tradisi demokrasi telah mengakar kuat dalam Persyarikatan Muhammadiyah/ 'Aisyiyah.
Kim Hyung Jun mengungkapkan selama lebih dari 100 tahun para ilmuan menganggap bahwa system demokrasi sulit untuk kompatibel dengan Islam. Ini terjadi karena adanya pandangan bahwa Islam tidak memungkinkan adanya pemisahan antara negara dan agama. Semetara system politik Islam adalah kesatuan agama dan negara.
ADVERTISEMENT
“Namun, Muhammadiyah dan Aisyiyah dapat memberi contoh yang ideal untuk kita melihat bagaimana system demokrasi bisa berjalan dalam organisasi keagaaman," ujarnya.
Menurutnya, unsur-unsur yang terdapat di dalam Muhammadiyah Aisyiyah jauh lebih kuat dari pada konsep Civil Society yang terdapat di negara-negara barat. Unsur-unsur tersebut didukung oleh beberapa pilar dalam tradisi demokrasi Muhammadiyah Aisyiyah. Di antaranya ideologi, system kepemimpinan, system keputusan, hubungan anggota, system megolah amal usaha dan system operasi.
Muhammadiyah telah menjalankan tradisi demokrasi bahkan sejak masa kemerdekaan Republik Indonesia. Hal didukung keterlibatan beberapa kader Muhammadiyah dalam Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Di masa reformasi pun, kiprah Muhammadiyah semakin nyata hamper di segala sektor. Untuk merawat tradisi demokrasi Muhammadiyah Aisyiyah, peran Kaum Muda sebagai kader sangat diperlukan.
ADVERTISEMENT
“Untuk itulah kaum muda harus menjiwai nilai-nilai demokrasi,” ujar Diska Arliena.