Konten Media Partner

Muhammadiyah Respon Seruan Paus Fransiskus, Selidiki Genosida Israel di Gaza

19 November 2024 9:07 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir saat memberikan keterangan kepada awak media di Yogyakarta. (Foto : M Wulan)
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir saat memberikan keterangan kepada awak media di Yogyakarta. (Foto : M Wulan)
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir ikut menanggapi seruan yang disampaikan oleh pemimpin tertinggi Gereja Katolik, Paus Fransiskus terkait dugaan genosida yang dilakukan Israel terhadap Gaza.
ADVERTISEMENT
Dalam seruan tersebut, Paus Fransiskus meminta agar Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) melakukan penyelidikan lebih lanjut untuk membuktikan agresi militer Israel di Gaza yang sudah berlangsung sejak 7 Oktober 2023 lalu masuk ke dalam kategori genosida.
Aksi tak berperikemanusiaan di wilayah Palestina itu sudah banyak memakan korban jiwa sejak terjadi selama lebih dari setahun ini.
Selain itu, Paus juga menyoroti penderitaan warga Gaza akibat blokade Israel yang menghambat masuknya bantuan kemanusiaan ke wilayah yang dihuni lebih dari dua juta orang.
"Apa yang terjadi di Gaza memiliki ciri-ciri sebuah genosida. Hal ini harus diselidiki secara hati-hati untuk memastikan apakah yang terjadi sesuai dengan definisi teknis yang dirumuskan ahli hukum dan badan internasional," ujar Paus Fransiskus seperti dikutip dari media Vatikan, Senin (18/11/2024).
ADVERTISEMENT
Terkait pernyataan ini, Haedar Nashir mengatakan, seruan paus itu sebenarnya merupakan akumulasi dari semakin besar dan luasnya komitmen dunia baik lewat PBB maupun antarbangsa, antarnegara yang mendukung Palestina merdeka untuk mengakhiri genosida yang terstruktur di Gaza oleh Israel.
Sebagai ormas keagamaan, Muhammadiyah juga ikut mengeluarkan berbagai himbauan, agar genosida yang terjadi di Gaza dapat dihentikan.
"Selama akar masalahnya tidak dipotong, tidak diselesaikan, ya akan terjadi terus. Satu, akar masalah yang berkaitan dengan solusi, two state solution, solusi dua negara, negara Israel dan Palestina yang merdeka berdaulat dan tidak saling mengintervensi. Nah, selama itu tidak ada pemecahan, akan selalu menimbulkan ketegangan dan konflik berkepanjangan. Dan kita malu pada peradaban, sudah sejak tahun 1948, jadi sudah 75 tahun ya kondisi Palestina seperti itu dan penjajahan. Penjajahan masih terus berlaku," kata Haedar Nashir kepada wartawan di kantor PP Muhammadiyah Yogyakarta, Senin (18/11/2024).
ADVERTISEMENT
Selain itu, Haedar menilai harus ada punishment yang dijatuhkan kepada Israel. Sebab jika tidak ada punishment, kata Haedar, himbauan dari Paus itu bisa dijadikan sebagai rujukan untuk ada punishment terhadap Israel agar bombadir yang dilakukan tidak terulang dan negara lain juga tidak akan mendukung secara terus menerus.
"Soal bagaimana mekanismenya kita serahkan pada mekanisme yang ada di PBB, di Mahkamah Internasional dan sebagainya. Jadi himbauan dari seluruh tokoh dunia itu akan berhenti jika tidak ada punishment," tegasnya.
Haedar pun memastikan Indonesia sudah memiliki sikap tegas untuk membela Palestina. Bukan soal primordialisme, tetapi komitmen bahwa Indonesia sejak dulu selalu menentang segala bentuk penjajahan dunia dan tertera di konstitusi.
"Israel kan bentuk dari penjajahan, yang menteri luar negeri yang lama begitu tegasnya di PBB. Nah saya pikir Indonesia harus terus menggalang kekuatan dunia untuk terwujudnya dua hal tadi, ada tatanan dunia baru mencari solusi dua negara, yang kedua ada punishment terhadap Israel supaya tidak terulang lagi," pungkasnya.
ADVERTISEMENT
(M Wulan)